Masih belum menemukan apa yang Anda cari? Masukkan kata kunci pencarian Anda untuk mencari artikel yang ada di Blog ini:

Jodoh Yang Sesuai Kehendak Tuhan

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Mengasihi Diri Sendiri

Mengasihi Diri Sendiri

BERSYUKUR KARENA DISELAMATKAN

BERSYUKUR KARENA DISELAMATKAN

e shtunë

9 Buah Roh

 
 
Sembilan buah Roh yang terdapat di dalam Galatia 5:22-23 adalah sebuah aspek dari sifat Allah. Karena itu, sasaran Roh Kudus adalah mengahasilkan setiap buah Roh ini di dalam hidup kita sehihingga sifat kita bisa seperti kebenaran Firman Tuhan. Panggilan kita adalah “menjadi serupa dengan gambaran-Nya” (Roma 8:29). Kesembilan sifat ini harus berkembang dalam hidup kita, untuk kita dapat bertumbuh dalam karakter dan sifat Ilahi yang sebenarnya.

Galatia 5:22-23
Kasih  adalah kekuatan untuk memdahulukan orang lain dan kekuatan untuk tidak mementinkan diri sendiri, dan menanggu segala sesuatu.
Sukacita merupakan  “Kesukaan dari Allah adalah kekuatan kita.” Sukacita membersihkan dan menyembuhkan roh kita dari segala luka hati, dendam, dan depresi.
Damai Sejahtera adalah kekuatan untuk merasa tenang ketika berada di dalam badai kehidupan. Ia tidak digoyahkan oleh keragu-raguan, ketakutan, dan serangan musuh.
Kesabaran adalah kekuatan untuk tidak menyerah melaikan menanggung  segala kesukaran dan keadaan.
Kemurahan adalah kekuatan untuk tidak bersikap kasar terhadap orang lain. Ini adalah perkembangan lebih lanjut dari hikmat.
Kebaikan adalah kekuatan untuk melakukan apa yang benar secara moral. Ia mempertimbangkan apa yang selama-lamanya yang merupakan hal yang terbaik bagi orang lain.
Iman adalah kekuatan untuk mengalahkan dunia, setan, adan ujian-ujian.
Kelemahlembutan adalah kekuatan untuk tidak membalas dendam, baik dalam ucapan maupun perbuatan

Penguasan Diri adalah kekuatan untuk tidak menuruti kehendak sendiri dan kekuatan untuk mengontrol nafsu makan dan perasaan yang berlebihan

Hanya Di Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus Manusia Diselamatkan

Lemahputro, Minggu 15 September 2013
Pdt. Paulus Budiono

Shalom,
Setiap orang pasti memiliki keperluan dan kebutuhan berbeda satu dengan lainnya seperti: kekuatan, kedamaian, kesehatan, keuangan dll. Tentu tidak salah kita membutuhkan pertolongan Tuhan tetapi janganlah melupakan kebutuhan mutlak seperti telah dikatakan oleh Rasul Petrus di dalam Kisah Rasul 4:12, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Sangat jelas apabila kebutuhan utama kita terpenuhi, kebutuhan lainnya seperti: kesehatan, kedamaian, kekuatan, dll. akan tersedia di dalam Yesus.
Sering kita mengaku percaya bahwa Yesus memiliki Nama di atas segala nama tetapi dalam praktik hidupnya kita melupakan kuasa nama-Nya sehingga kita datang ke gereja dengan tujuan mencari pertolongan Tuhan untuk hal-hal tertentu saja. Janganlah kita menjadikan Yesus hanya sebagai Bankir yang menyediakan semua kebutuhan finansial, seorang Dokter yang menyembuhkan kita atau sebagai Suplemen yang memberikan kita kekuatan dsb. tetapi di atas segala kebutuhan kita, yang utama ialah Dia ingin kita memiliki-Nya.

Ketika Rasul Petrus menyatakan ‘keselamatan tidak ada di dalam siapa pun selain di dalam nama Yesus Kristus’, dia siap menghadapi ancaman di penjara karena orang Yahudi nyata-nyata menolak nama ini. Saat itu Rasul Petrus di hadapan mahkamah agama untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya memberitakan Injil yang menyebabkan 5.000 orang bertobat. Harus diakui, tidaklah mudah untuk mengucapkan penyataan ini. Sebelumnya Rasul Petrus mendahului dengan mengatakan, “maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan tetapi telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati – bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan – yaitu kamu sendiri – namun ia telah menjadi batu penjuru.” (Kis. 4:10-11)
Introspeksi: apakah kita berani mengaku di hadapan orang bahwa tidak ada nama lain selain Yesus, Sang Juru selamat, dengan risiko diejek dan diancam? Hendaknya penyebutan Nama Yesus bukan sekadar slogan tetapi benar-benar mengerti bahwa di dalam nama-Nya ada kuasa yang luar biasa. Perjanjian Baru menyebut nama ‘Tuhan’ sebanyak 717 kali, nama ‘Kristus’ disebut 529 kali sementara nama ‘Yesus’ disebut 914 kali. Jelas Nama Jesus begitu luar biasa!
Nama Yesus dalam bahasa Ibrani disebut Yosua = Yehovah, Yahwe, Juru selamat. Dengan demikian begitu kita menyebut nama Yesus (Yosua), Allah/Yahwe (Dia adalah Dia yang kekal adanya) menyelamatkan. Ingat, kalau keselamatan menjadi yang utama dalam hidup kita, semua kebutuhan lain akan tercakup di dalamnya. Misal: bila kita membutuhkan bahan bangunan, kita akan pergi ke toko bahan bangunan bukan ke apotek; jika kita membutuhkan bahan pangan, kita akan ke pasar bukan ke rumah sakit. Namun kalau kita ada kebutuhan menyangkut batiniah, hanya ada satu Pribadi yang dituju itulah Yesus.
“Di bawah kolong langit” berarti di mana pun kita berada dan hidup di situ; jadi keberadaan Tuhan tidak hanya sebatas di gereja atau di persekutuan sehingga kita datang ke gereja saat kita memerlukan Dia. Perhatikan, di mana ada manusia hidup di situ ada Yesus – Sang Juru selamat – dan pastikan kita menjadi milik-Nya dan Dia menjadi milik kita.
“Tukang-tukang bangunan” ialah orang yang bertugas menyatukan bahan-bahan bangunan yang berserakan untuk disusun rapi menjadi sebuah bangunan yang kukuh dan megah. Bagaimanapun juga mereka harus memulai dan menyatukan batu-batu lainnya dengan meletakkan batu nomor satu yaitu batu penjuru/batu utama sebab tanpa batu penjuru bangunan di atasnya tidak mungkin dapat berdiri dengan kukuh.
Kenyataannya, gereja Tuhan saat ini banyak mengalami masalah karena ‘tukang-tukang bangunan’ – para pemimpin gereja: gembala sidang, penatua dan majelis – tidak lagi menghargai satu-satunya batu penjuru – Tuhan Yesus – sehingga bangunan (=sidang jemaat) tidak dapat dibangun dengan baik karena banyaknya ‘goncangan’ (kasus yang tak terselesaikan) akibat tidak adanya batu penjuru sebagai fondasi/dasar bangunan. Bukankah Yesus mengatakan siapa yang mendengar perkataan-Nya dan melakukannya, dia bagaikan orang bijaksana yang membangun rumahnya di atas batu? Sebaliknya, mereka yang mendengar Firman-Nya tetapi tidak melakukannya, dia sedang mendirikan rumah – sidang jemaat – di atas pasir. Begitu ada masalah, rubuhlah bangunan itu (Mat. 7: 24-27). Itu sebabnya kita harus mawas diri.
Setelah ± 30 tahun pengalaman menghadapi banyak rintangan, tantangan, masuk penjara, ancaman pembunuhan dll., Rasul Petrus mengulangi kata-katanya (Kis. 4:10-11) dalam suratnya 1 Petrus 2:4-8 dengan nada sama untuk memberikan dorongan kepada jemaat yang terpecah-pecah (di Pontus, Galatia, Kapadokia, dll. – 1 Ptr. 1:1-2) karena aniaya Kerajaan Romawi bahwa mereka juga ‘batu hidup’.
Aplikasi: bila kita ‘batu (bangunan) yang hidup’ dan Yesus adalah batu penjurunya, kita harus ada ikatan erat dengan batu yang kita hargai tersebut. Sebagai batu hidup kita tahu persis di mana kita diletakkan, tahu bagaimana harus bertahan juga bersedia menolong batu lain yang berada di kiri-kanan, di atas dan di bawah kita agar tetap berdiri utuh. Dengan kata lain, kita memiliki ikatan dengan orang-orang di sekitar kita dan saling menghargai dengan Yesus – batu penjuru – sebagai pengikat utama.
Efesus 2:19-22 mengatakan bahwa kita semua dibangun atas dasar para nabi dan para rasul dan Yesus adalah batu penjuru. Kita semua disusun rapi satu dengan yang lain menjadi Bait Allah di mana Roh Allah ada di dalamnya. Ilustrasi: apa yang terjadi jika batu-batu itu dapat bicara? Akankah mereka protes karena diletakkan paling bawah? Bagaimana bila beberapa batu merasa sebal dengan posisinya dan melepaskan diri dari bangunan itu? Bukankah bangunan yang indah akan berlubang-lubang dan terlihat tidak rapi lagi? Demikianlah kalau kita tidak senang terhadap orang-orang di gereja secara tidak sadar kita sudah membuat sidang jemaat berlubang-lubang. Dalam hal ini ‘batu hidup’ itu tidak mengerti dan tidak bersedia dibangun oleh gembala, penatua dan majelis yang terlebih dahulu menyatukan diri dan mengutamakan Yesus – batu penjuru itu.
Di mana batu penjuru diletakkan? Di dasar paling bawah dan tidak pernah terlihat tetapi dia menjadi penopang utama batu-batu di atasnya. Yesus sebagai dasar dan di atasnya tersusun batu-batu hidup – gembala sidang bersama para penatua dan majelis – di atasnya lagi jemaat-jemaat membentuk susunan makin tinggi dan yang berada pada posisi paling atas harus memuliakan Tuhan sementara yang di bawah harus menjaga keseimbangan supaya tidak runtuh.
Sesungguhnya tugas yang paling berat terletak pada batu penjuru. Itu sebabnya kita harus menghargai Yesus yang menampung seluruh beban berat ‘batu-batu hidup’ di atasnya. Dengan kata lain, dalam menghadapi masalah apa pun, datanglah kepada Yesus dalam Firman-Nya untuk mendapatkan jalan keluarnya. Tentu kita boleh datang kepada gembala atau penatua saat menghadapi masalah namun mereka akan membawa kita kembali kepada Yesus.
Aplikasi: kita bersedia diletakkan di mana pun Tuhan menyusun dan menempatkan kita. Janganlah mengeluh mengapa kita mendapat tugas berat oleh karena kita mau berbuat sesuka hati. Ingatlah kita adalah anggota tubuh yang saling membutuhkan dan mendoakan. Janganlah mementingkan diri sendiri membuat orang lain pindah gereja atau tempat kerja. Terkadang kita tidak mengerti Tuhan menempatkan kita di suatu tempat karena Dia ingin kita menopang/ditopang oleh saudara kita yang lain. Selain itu agar kita mempererat hubungan dengan sesama yang berada di samping kanan dan kiri. Waspada, banyak kali kita mau menjadi batu hidup yang berkeliaran dan bebas tanpa aturan Firman Allah.
Dalam ajang kompetisi apa pun akan ditetapkan satu orang sebagai pemenang meskipun semua peserta merupakan orang pilihan mewakili daerah asal mereka. Jauh berbeda dari sistem dunia, kita semua dipilih sesuai rencana Allah dan dikuduskan oleh Roh agar taat kepada Yesus Kristus serta menerima percikan darah-Nya (1 Ptr. 1:1-2).
Introspeksi: sudahkah kita menghargai satu sama lain? Bila tidak, ini menandakan kita belum/tidak menghargai pilihan Tuhan. Ingat, kita dipilih untuk dibangun, menyatu dan bekerja sama menjadi satu wadah yang luar biasa (“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri…” – 1Pet. 2:9a). Banggakah kita menjadi warga dan umat kepunyaan Allah serta memiliki kerajaan kudus dan imamat yang rajani?
Sebagai imam rajani kita patut berbangga dalam kesatuan tetapi malu bila terjadi kecekcokan. Rasul Petrus tidak membawa apa-apa ketika mati bahkan diyakini dia mati disalib dengan kepala di bawah tetapi dia bangga menjadi umat tebusan Allah.
Jujur, kita sering bangga dengan apa yang tidak perlu; oleh sebab itu Firman Tuhan memastikan jika kita memiliki Kristus, kita memiliki segala-galanya tetapi ini tidak berarti kita dapat menuntut semua yang kita inginkan oleh karena kerakusan manusia.
Bila kita berbahagia menjadi warga Tuhan dan umat ketebusan-Nya serta bangga menjadi imam yang melayani-Nya, kita akan menceritakannya kepada siapa pun. Kita akan menyaksikan bagaimana kita keluar dari gelap masuk ke dalam terang yang ajaib.
Aplikasi: sangatlah tidak enak berada di suatu tempat yang terangnya tidak stabil. Janganlah menjadi orang Kristen yang terangnya ‘mati-hidup’ alias tidak stabil – bersukacita saat beribadah sedangkan hari-hari lainnya diisi dengan kekecewaan, sungut-sungut dll. karena kita sudah berada di dalam terang-Nya. Firman itu terang manusia; jadi kita tidak perlu berada di dalam kegelapan dan dapat menjadi berkat buat orang-orang di sekitar kita (Yoh.1:4-5).
Bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah berbuat kesalahan dengan menganggap patung pahatan adalah allah mereka namun Tuhan berjanji membuat kegelapan di depan mereka menjadi terang (Yes. 42:16-17).
Kita harus tegas terhadap orang yang mengajak kita ‘berjalan dalam kegelapan’ meskipun dia adalah teman hidup kita sendiri. Perhatikan, bila kita tidak meninggalkan kegelapan, kita akan kewalahan dalam menghadapi pergaulan atau usaha apa pun.
Hanya Yesus satu-satunya kebutuhan kita, dengan memiliki Dia kita akan puas dan bahagia di dalam setiap segi kehidupan kita untuk kemudian kita dipakai oleh-Nya mengajak orang lain menjadi ‘batu hidup’ dan masuk dalam pembangunan rumah rohani di mana Allah berkenan atas hidup kita semua. Amin. 

Yusuf Roni : Mengapa saya tertarik pada Kristen ?




Sejak kecil saya dididik oleh keluarga dalam agama Islam yang sudah menjadi agama turun temurun bagi keluarga “KEMAS” di Palembang. Saya sebagai anak tunggal yang dididik dan dimiliki oleh seluruh keluarga, dalam arti saya dididik oleh orang tua saya, juga oleh kakek saya dan juga oleh paman-paman saya turut bertanggung jawab mengarahkan saya, demikianlah sistem ke-keluargaan kami, yang saya kenal dan alami sejak kecil.
Jadi apabila ada keputusan yang akan diambil mengenai diri saya, maka orang tua saya tidak berhak mutlak, sebab harus dimusyawarahkan terlebih dahulu oleh keluarga besar seperti yang saya katakan diatas…..

Yang dominan mendidik saya adalah kakek saya, karena itu sering sayandisebut anak kakek (note: kakeknya adalah keturunan langsung dari Daeng Ario Wongso, anak Tumenggung Nogowongso, cucu pangeran Fatahillah, totalnya 10 keturunan dari Pangeran Fatahillah ke kakenya). Karena saya
kagum dengan kakek yang wibawa dan kharismanya sangat besar ditengah-tengah keluarga kami, dan dalam masyarakat Islam Palembang! Sejak kecilpun saya sudah cenderung mempelajari agama Islam dan melaksanakan syariat-syariat agama dengan baik sampai saya dewasa tetap konsisten.

Sebab rotanlah bagian saya ketika kecil apabila saya malas dalam melaksanakan ibadat. Demikian kerasnya keluarga saya mendidik saya dalam agama Islam, sehingga saya bertumbuh menjadi penganut yang fanatik dalam agama Islam!….

Setelah keluarga kami pindah ke Bandung, maka saya dimasukkan ke Pesantren YPI (Yayasan Pesantren Islam) Jln. Muhammad 16 Bandung yang dipimpin oleh Bapak K.H. Udung Abdurahman.

Saya aktif dalam organisasi muda Islam yaitu sebagai:

(1) Ketua Umum SEPMI(Serikat Pelajar Muslimin Indonesia) cabang
Bandung.

(2) Ketua I SEPMI Wilayah Jawa-Barat….

(3) Ketua Lembaga Da”wah SEPMI Pusat ….

(4) Ketua Seksi Pendidikan PSII (Partai Syarikat Islam indonesia,
Cabang Bandung.

(5) Ketua Seksi Pemuda PSII Kabupaten Bandung….

(6) Ketua seksi Dawah dan Pers Pemuda Muslimin Indonesia WIlayah Jawa
Barat.

(7) Anggota GUSII (Gerakan Ulama Syarikat Islam Indonesia) wilayah Jawa
Barat.

(8) Salah satu anggotak pimpinan DPHD(Dewan Pimpinan Harian Daerah)
KAPPI.

Saya aktif dengan gigih memperjoangkan ideologi islam dalam kesempatan apapun, termasuk membendung perkembangan agama Kristen di Jawa Barat.

Namun saya tidak pernah mendapat kepuasan rohani, dan hidup saya selalu gelisah karena rohani saya tidak mendapat ketenangan, bahkan diliputi tanda tanya tentang “Kepastian Keselamatan”.

Dalam situasi inilah saya terpikat dengan Yesus Kristus yang memberikan keselamatan yang pasti sehingga sekarang saya mendapat “Damai Sejahtera” dari Tuhan dan sekarang ada ketenangan rohani sejak saya terima Yesus sebagai Juru Selamat…..

Mengapa saya tertarik pada Kristen?

Saya merasa perlu menjelaskan sebab-sebab saya tertarik kepada Kristen. Apa sebabnya Kristen itu, demikian menarik, dan apa daya tariknya, sehingga saya rela melepaskan agama Islam yang saya anut sejak dari turun temurun, dan pindah ke agama Kristen…..

Hal ini bukanlah karena daya tarik materi, atau bujukan-bujukan pendeta atau orang-orang Kristen, sebagaimana sering diduga oleh sementara orang atau pihak orang luar bahwa orang-orang pindah ke agama Kristen, disebabkan bujukan-bujukan materi. Dalam kesempatan ini saya ingin menjelaskan bahwa pandangan-pandangan seperti ini sungguh sangat keliru!…..

Yang benar, ialah karena “Panggilan dari Tuhan Yesus”, secara pribadi pada tiap-tiap orang yang dikehendakiNya. Sedangkan saya secara pribadi sangat terpikat dengan “Kepastian Keselamatan” yang diberikan oleh Yesus Kristus dalam ajaran-ajaranNya yang tertera di dalam Al Kitab.

Secara terperinci saya uraikan sebagai berikut:

A. Pertobatan dari Dosa:

(A) Soal Dosa:

Dosa yang menyerang dan melekat pada manusia tanpa terkecuali, tiada satu manusiapun yang terluput dari dosa. Dan dosa dari dahulu sampai sekarang tetap sama… Apa itu dosa sehingga memberatkan manusia?…

(1) Asalnya Dosa.

Sejak Adam dan Hawa jatuh dalam bujukan Iblis, maka manusia telah hilang segala kemulian Allah yang ada padanya. Adam dan Hawa jatuh di dalam dosa karena melanggar perintah Allah.

“Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Tuhan ALlah. Ular itu berkta kepada perempuan itu:”Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buah nya bukan?…”

“lalu sahut perempuan itu kepada ular itu:

“Buah phon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada ditengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati” “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi ALlah
mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka dan kamu akan menjadi seperti Allah tahu tentang yang baik dan yang jahat.”

“Perempuan itu melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.

Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia dan suaminya memakannya” “Maka itulah dosa manusia yang pertama dan akibatnya besar lagi hebat dan hukumannya segera datang. Sebab Adam dan Hawa telah memperoleh
sifat-sifat yang suci dari Allah maka dosa itu datangnya dari luar mereka.

Asalnya dari Iblis dengan perantaraan ular.

Dengan Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, maka segala sifat-sifat yang suci dari Allah itu telah hilang, karena itu mereka mendapatkan dirinya telanjang, setelah melanggar perintah Allah dengan memakan buah larangan tersebut.

(2) Dosa Warisan

Semua orang telah lahir di dalam dosa, maksudnya manusia itu cenderung atau mempunyai tabiat-tabiat dosa, atau karakter dosa, inilah maksud dosa warisan.

Dulu saya menyangka bahwa dosa warisan itu adalah dosa turunan dengan pengertian; dosa bapak kita, kitalah yang menanggungnya, atau dosa kita, anak kitalah yang menanggungnya. Bukan ini maksudnya dosa warisan!
Maksud dosa warisan ialah kecenderungan manusia berbuat dosa atau pengaruh dosa itu telah mempengaruhi hidup manusia turun temurun, tabiat-tabiat dosa melekat pada manusai antara lain; menentang kepada Allah, berontak kepada segala perintah-perintahNya, itulah sifat-sifat manusia.
Buktinya dosa bohong, sejak kecil tidak ada yang mengajari bohong, namun manusia sudah pandai berbohong. Siapakah manusia yang tidak pernah berbohong?

Itulah pengaruh dosa yang melekat pada manusia sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, dan pengaruh itu terus diwarisi oleh manusia turun temurun. Dan manusia tidak bisa keluar dari dosa ini dengan segala ikhtiar dan usahanya sendiri.

Contohnya: orang yang jatuh ke dalam lumpur, makin dia berusaha sendiri, makin orang itu masuk lumpur lebih dalam, itulah sebabnya manusia yang berusaha sendiri, terkecuali ada orang lain yang menolongnya di luar lumpur itu, barulah dia dapat keluar dari dalam lumpur itu. Orang yang
dapat menolong kita keluar dari lumpur dosa ialah satu-satunya, Yesus Kristus!

“Sebab semua orang telah berdosa!

“TIdak ada yang benar, seorangpun tidak.”

“Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik
dan tak pernah berbuat dosa!”

(3) Hakekat dosa:

Dosa harus ditanggung oleh manusia-manusia harus menanggung segala kesalahaan-kesalahannya.

“Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati!” Karena itu manusia berusaha akan menghapus dosanya dengan berbagai cara, namun sia-sia, sebab pasti manusia itu jatuh lagi, jatuh lagi, dan tidak luput dari
dosanya.

Hakekat dosa terletak di dalam hati manusia, bila hatinya busuk, dia lebih berdosa dari apa yang bisa dilihat oleh manusia secar lahiriah. Dan saya sependapat juga dengan pengajaran Ki Agen Suryomentaram, bahwa segala sesuatu kebaikan atau kejahatan terletak pada hati manusia!

Hanya Yesus Kristus yang dapat menyucikan manusia dari segala dosanya!.
“Dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa”
“Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa”

Sebab itu manusia hidupnya tidak ada damai, disana-sini terjadi kekacauan karena dosa. Manusia berkeinginan berbuat baik namun tidak pernah terlaksana, disebabkan dorongan hawa nafsu lebih menguasainya. Keinginan daging lebih menguasai manusia, daripada keinginan Roh Kebenaran.

“Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.” Sebab perbuatan dosa itulah keinginan daging, nafsu manusia yang melekat pada tabiat manusia. Keinginan daging, kata-kata Yunaninya Sarx, maksudnya keinginan hawa nafsu manusia yang tidak
dapat dilepaskan oleh manusia itu! “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseturuan, perselisihan, irihati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.”
Itulah hakekat dosa yang tidak bisa dihindar oleh manusia, dan apa akibatnya.

“Sebab upah dosa ialah maut”

Dosa inilah menjadi pemikiran dalam kehidupan manusia, juga dalam kehidupan saya yang ingin mencari kebenaran, dan ternyata hanya dalam Yesus saja ada jalan keluar dari lingkaran dosa!

(B) Soal pertobatan:

Bertobat adalah bukan hanya kesediaan manusia, tapi juga karya Allah. Jadi kesediaan manusia dan kehendak Allah harus berpadu menjadi satu. Bertobat adalah ajakan Allah kepada kita.

“Waktunya telah genap; Kerajaaan Allah sudah dekat, bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”…. dan tawaran Allah harus disambut oleh manusia “Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: “Pada hari ini jika kamu mendengar suaraNya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman.”

Sebab Allah datang buat orang-orang berdosa.

“Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.” Saya merasa orang berdosa yang amat sangat, hidup saya dulu penuh dengan kemunafikan, kenajisan dan kekotoran. Biarpun orang memandang secara lahiriah saya beragama dengan baik, namun hati
saya busuk dan kotor, karena pengaruh dosa yang sudah melekat pada manusia. Saya telah berulang kali, berusaha sekuat tenaga untuk hidup berbuat baik, namun hati saya gelisah, tiada damai, karena itu saya tertarik kepada Tuhan Yesus yang dapat menebus dosa saya dengan pasti,seperti firmanNya.

“Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Setelah saya menerima Yesus dalam hati, dan bertobat padaNya, maka hati saya ada damai, karena kepastian yang sepasti-pastinya dosa saya diampuniNya, dan saya menjadi orang yang berbahagia, “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya dan ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya.” Itulah saya merasa tertarik pada Yesus, yang
begitu menjamin bahwa dosa saya sudah dihapuskan dengan pasti. Dan saya merasa tidak ada lagi yang dapat menjamin begitu pasti selain Dia ialah Yesus Kristus!

(B) KEPASTIAN KESELAMATAN (HIDUP YANG KEKAL)

Terus terang saya katakan bahwa sebelum saya masuk Kristen, diri saya selalu diperhadapkan oleh pertanyaan yang timbul dalam hati saya:
”Pastikah saya masuk sorga?” Sebab tidak ada kepastian yang menjamin bahwa ”pasti selamat” dan bila mati kelak ”Pasti masuk sorga”. Semua hanya mengira-ngira saja, bila berbuat ini dan beramal itu, maka kelak mudah-mudahan masuk sorga. Atau sorga itu, soal bagaimana nanti masuk sorga
seperti dapat lotere saja!

Namun dalam Kristen, Yesus menjamin dengan pasti!

“Supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal.” Yesus datang ke dunia menawarkan keselamatan yang pasti bagi manusia, sebab apa? Dia-lah Juru Selamat.

(1) Juru Selamat:

Yesus Kristus, dari namaNya saja sudah menandakan DIA sebagai ”Juru Selamat” (Pelepas). Yesus dari bahasa Ibrani “Jusa”, Isa dari bahasa Arab ”Ja”su” berarti Pelepas atau Juru Selamat.

Sang Juru Selamat ini sudah dijanjikan sejak ketika manusia jatuh di dalam dosa. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya” (Kejadian) Benih perempuan yang menjadi musuh si ular adalah Yesus. Bahwa benih perempuan itulah yang akan mengalahkan Iblis dan menyelamatkan manusia dari dosa, dari hukuman Allah. Karena itu kelahiran Yesus ke dunia ini adalah kelahiran Sang Juru Selamat. “Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud” (Lukas)

Dan Juru Selamat ini telah dijanjikan ALlah sejak dahulu kala dan hanya Dialah yang dapat menyelamatkan!. “Aku, AKulah Tuhan dan tidak ada juruselamat selain dari padaKu”(Yesaya)

“Tetapi Aku adalah TUhan, Allahmu sejak di tanah Mesir; engkau tidak mengenal Allah kecuali Aku, dan tidak ada juru selamat selain dari Aku.” (Hosea)

Benar! hanya Tuhan saja yang datang menjadi Anak Manusia sebagai juru Selamat manusia. Sebab manusia sesama manusia tidak bisa menyelamatkan, bahkan justru sering terjadi sebaliknya, seperti kata pepatah mengatakan:”Homo Homini Lupus” manusia yang saya akan menjadi serigala terhadap manusia lainnya.” Karena itulah Yesus-lah Juru selamat dunia. “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kau katakan, sebab kami sendiri telah mendengar DIa dan kami tahu, bahwa DIalah benar-benar Juru Selamat dunia.” “Dan kami telah melihat dan bersaksi bahwa Bapa telah mengutus AnakNya menjadi Juru Selamat dunia.”

Dan Yesus-lah Juru Selamat untuk semua manusia, inilah tawaranNya, tidak terbatas siapa saja yang mau percaya, dan juga Dia tidak memaksa. Kenapa saya begitu tertarik dan yakin bahkan haqqul yakin pada Juru
Selamat adalah Yesus, saya illustrasikan sebagai berikut: “Seandainya ada orang yang mengajak dan menawarkan saya pergi ke negeri Amerika Serikat. Orang yang mengajak ini secara pribadi tidak diragukan kejujuran nya dan kesetiaannya dan kebaikannya buat mengantar saya ke AS, namun sayang pengantar itu sendiri belum pernah ke Amerika. Tapi sekarang Presiden AS Jimmy Carter menawarkan kepada saya untuk berkunjung ke Amerika. Saya pribadi akan memilih tawaran Presiden Jimmy Carter, sebab beliau orang Amerika, tahu seluk beluk Amerika, dan berkuasa di sana, jelas tidak akan kesasar lagi, pasti saya sampai di Amerika dengan pasti. Begitu juga ke sorga, saya menerima tawaran Yesus, dan pasti ke sorga! kenapa?
Sebab Yesus datang dari sorga, Pemilik sorga, dengan sendirinya barang siapa menerima ajakanNya pasti sampai ke sorga!

(2) Keselamatan:

Keselamatan yang ditawarkan Yesus Kristus adalah keselamatn yang pasti, sesuai dengan janjiNya. “AKulah Pintu; barangsiapa masuk melalui Aku (Yesus), ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar menemukan padang rumput.” “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” Dan sekarang janjiNya itu ada pada firmanNya yang disebut Injil, dan Injil itu adalah berita keselamatan, Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, “Sebab aku (Paulus) mempunyai keyakinan yang kokok dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Hanya Yesus-lah yang dapat menjamin memberikan keselamatan yang pasti. “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusaia yang olehNya kita dapat diselamatkan.”

Keselamatan yang pasti inilah membuat saya tertawan pada Yesus Kristus, dan saya seperti mendapat permata berlian yang tiada ternilai, sebab percumalah hidup di dunia ini senang, tanpa jaminan keselamatan yang pasti.

Dan setelah saya beroleh keselamatan yang pasti ini maka hidup saya mendapat ketenangan, kedamaian. Hilang semua kekuatiran dan kegelisahan saya yang dahulu, apakah saya pasti masuk sorga atau tidak. Tapi sekarang dengan segala jaminan yang diberikan oleh Yesus, maka saya pasti
bersama-sama Dia di Sorga bila saya dipanggilNya kelak.

C. KELAHIRAN BARU :

Tentang ajaran mengenai “kelahiran baru”, barulah dalam Injil saya dapati pelajaran ini, sejak dulu belum pernah saya mendengar dan ketahui. Rupanya ajaran tentang kelahiran baru, adalah kunci dari kehidupan iman Kristen! Pantas saja! dahulu saya berkeinginan hidup selalu suci, hidup dalam kebaikan, tapi nyatanya tidak bisa, disebabkan tabiat dosa itu menguasai hidup saya. Tapi hidup dalam Kristus, kita menjadi “hidup baru”, karena kita harus dilahirkan kembali.

“Yesus menjawab, katanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”

Dilahirkan kembali, berarti dilahirkan oleh air dan Roh.

“Jawab Yesus “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Maksudnya adalah air baptisan dan pengurapan Roh Kudus!

(1) Baptisan:

Ialah sebagai materai, atau sebagai simbol bahwa seseorang sudah menjadi kristen karena percaya kepada Allah, dalam Kristus. “jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”

Air Baptisan itu hanya simbol saja, tapi baptisan itu sendiri berarti menanggalkan cara hidup kita yang lama, mematikan “ego” atau “aku” kita dan hidup yang baru di dalam Kristus, hidup di dalam penguasaan Rohul Kudus, karena itu baptisan bukan dengan air saja tapi dengan kuat kuasa Rohul Kudus.

(2) Hidup di dalam Roh:

Hidup yang lama adalah hidup di dalam kedagingan, “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseturuan, perselisihan, irihati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraaan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora
dan sebagainya.”

Sedangkan hidup yang baru adalah hidup di dalam penguasaan Rohul Kudus, dan hidup itu berbuahkan Roh yaitu, “Tetapi buah Roh ialah: Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri: Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”

“Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya, jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah kita juga dipimpin oleh Roh.”

Berarti yang menguasai hidup baru bukan lagi “ego” atau “aku”nya, tetapi Roh Allah itu bertahta di dalam hati, di dalam seluruh kehidupan, hidupnya sehari-hari.

Sehingga yang menguasai hidupnya bukan “ak”nya lagi, tapi Kristus, sebab “aku”nya sudah turut disalibkan, mati, ketika Kristus disalibkan, dan sekarang yang hidup adalah Kristus.

“supaya aku hidup untuk ALlah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup didalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi
aku dan menyerahkan dirinya untuk aku.”

Dan hidup baru, berarti ada perubahan di dalam Kristus, perubahan itu ada yang sekaligus, dan ada yang bertahap, dan itu adalah pekerjaan Roh Allah, misteri Ilahi.

Sedikit saya bersaksi tentang kelahiran baru ini, yang saya alami secara pribati; ketika saya bertobat dan dibaptis, saya belum lahir baru secara total, yaitu “ego” saya masih menguasai hidup saya. Baru di dalam tahanan saya merasa ada perubahan yang total oleh Rohul Kudus, lahir baru 100 prosen. Sehingga Jusuf Roni yang lama telah mati, tapi sekarang yang hidup adalah Kristus.

“Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi”. “dan telah mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya”. Itulah hikmahnya selama saya di dalam tahanan. Penjara itu secara rohani saya anggap
sekolah Tuhan buat mendidik saya, tapi bukan berarti secara hukum saya mentolelir penahanan yang berlarut-larut boleh dibiarkan!

Dan juga salah-lah pendapat bahwa dengan menahan saya berlarut-larut bisa mengubah iman Kristen saya, karena iman percaya itu datangnya dari Tuhan, maka justru iman Kristen saya bertambah-tambah! (note: di dalam penjara dan dalam penderitaan yang sulit inilah, Jusuf Roni pernah
merasakan dirinya benar-benar dibawa pergi ke atas dan bertemu dengan Juru Selamat kita Yesus Kristus. Ia diperlihatkan Sorga yang indah itu oleh Tuhan Yesus, sebenarnya ia tidak ingin kembali, namun Yesus menyuruh dia kembali untuk menjadi saksiNya.)

“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Perkara kelahiran baru ini adalah perkara rohani, hendaknya dengan mata rohani pula barulah kita dapat mengertinya, dan berbahagialah
orang-orang yang mata rohaninya dicelikkan oleh Tuhan.

“Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab: “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?” Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.”

D. KASIH:

Ajaran tentang Kasih di dalam agama Kristen adalah menempati pusat pemberitaan dalam firman Allah.!

“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang palin gbesar diantaranya ialah kasih.”

Sebab karena Kasih Allah juga, maka manusia beroleh keselamatan, hidup yang kekal, oleh sebab itu manifestasi iman Kristen adalah di dalam mengasihi sesama manusia. “Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih” “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh Kasih” Karena kasih Allah itu terlebih dahulu, maka
yang percaya beroleh keselamatan.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia itu, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Kasih Allah itu tidak terbatas, dan sangat besar, dan karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita, maka kita baru dapat mengasihi dan mempunyai kasih, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahuli mengasihi kita” Karena itu kewajiban sebagai orang Kristen untuk memanifestasikan kasih
Allah itu di dalam sikap hidupnya sehari-hari. Oleh sebab itu apabila gereja memberikan bantuan materiil atau aksi-aksi sosial, hal ini bukanlah dalam rangka untuk mengubah iman orang yang diberi bantuan, namun untuk melaksanakan ajaran tentang kasih, dan menyaksikan kasih Allah itu kepada manusia siapa saja tanpa pilih bulu, karena Allah mengasihi seluruh dunia.

E. Pekabaran Injil:

Pekabaran Injil adalah merupakan suatu keharusan dalam ajaran Kristen, karena ini merupakan perintah Tuhan yang tidak dapat tawar-menawar, sesuai dengan (SK) Tuhan nomor 28 yaitu Injil Matius pasal 28 ayat 18,19,20 sebagai berikut:

“Yesus mendekati mereka dan berkata:”KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Karena itu Kristen adalah agama missioner atau agama da”wah, yang mempunyai kewajiban buat memberitakan Injil Keselamatan ke seluruh dunia. Namun patut diketahui hal ini bukanlah Kristenisasi, sebab
Pekabaran Injil mengandung maksud ialah tiga bagian;

(a) Informasi : Memberikan penerangan dan pemberitaan tentang iman kristen, tentang jalan keselamatan kepada siapa saja, agar orang tahu bahwa Yesus adalah Juru Selamat

(b) Persuasi : Menjawab setiap pertanyaan dari siapa saja yang ingin bertanya atau mempertanyakan tentang Yesus Kristus itu, sesuai apa yang ada dalam AlKitab.

(c) Edukasi: Mendidik umat Tuhan dalam melaksanakan ajaran Tuhan.

Hal ini jelas tidak ada Kristenisasi, sebab untuk menjadi Kristen atau percaya kepada Yesus bukanlah hasil pekerjaan manusia, bukan juga hasil penginjil atau pendeta, namun adalah pekerjaan Tuhan, atau pekerjaan Rohul Kudus itu sendiri di dalam hati manusia, yang dipilihNya agar selamat!

Demikianlah apa sebabnya sehingga saya tertarik pada ajaran Kristen, sebagaimana sudah saya jelaskan pada keterangan diatas, untuk sebagai gambaran bahwa sungguh saya tertarik pada Kristen karena ajarannya dapat saya terima dalam segala hal, dan inilah pilihan saya secara pribadi!.

Banyak orang menduga mustahil, saya percaya kepada Tuhan Yesus, apabila melihat latar belakang saya, namun inilah kenyataannya bahwa apa apa yang dianggap mustahil oleh manusia, akan tetapi apabila Allah berkehendak, tidak ada mustahil.

“Kata Yesus: “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah”.

KESAKSIAN

Dalam kehidupan seorang Kristen; kesaksian menempati tempat yang terpenting, sebab kesaksian adalah manifestasi dari pengakuan iman percaya seorang Kristen. Kesaksian seorang Kristen dalam sikap hidupnya sehari-hari dan dalam ucapannya baik secara lisan maupun tulisan, tercermin dan
terpancarlah bahwa ia seorang Kristen. Kekristenan tanpa kesaksian adalah ke Kristenan yang lumpuh, berarti juga iman Kristianinya kering dan tandus karena tidak ada hujan berkat dari sorgawi. Kesaksian berarti menceritakan, memberitahukan, mengkhabarkan kepada orang lain, agar orang
lain tahu, segala perbuatan Allah terhadap dirinya secara pribadi, apa yang dialaminya sehingga dia menemukan dan mendapatkan Kasih Tuhan Yesus terhadap diri pribadinya.

Untuk lebih jelas saya uraikan sebagai berikut:

A. Kedudukan Kesaksian:

Kesaksian adalah inherent dari identitas Kristen, merupakan suatu kewajiban yang mutlak, keharusan yang tidak boleh ditawar lagi, sebab kesaksian merupakan realisasi dari pengakuan iman percaya ke-Kristenan, sebagaimana dalam firman Tuhan.

“Setiap orang yang mengaku Aku(Yesus) di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya didepan BapaKu yang di sorga. Tetapi barang siapa menyangkal Aku didepan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang disorga.”

TIdak ada pilihan lain bagi seorang Kristen untuk bersaksi tentang iman percayanya. “Tetapi kami juga *harus bersaksi*, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku”

Kata-kata “harus bersaksi” saya garis bawahi, menunjukkan suatu kewajiban yang mutlak. Untuk itu saya tidak berbuat lain, selain harus konsekwen melaksanakan firman Tuhan ini.!

B. Maksud dan Tujuan Kesaksian:

Maksudnya ialah menceritakan segala perbuatan Allah, apa yang telah Allah lakukan terhadap kita, bahwa kita telah diselamatkan dari kematian yang kekal. Dari hasil pergumulan itu, dalam mencari kebenaran yang hakiki, maka Yesuslah kebenaran yang sejati, itulah perbuatan Allah yang ajaib! “Sambil memperdengarkan nyanyian syukur dengan nyaring, dan menceritakan segala perbuatanMu yang ajaib” Pulanglah kerumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihi engkau!

Dengan kesaksian itu kita menjadi saksi Tuhan.

“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau ROh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu (Yesus) di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai keujung bumi.”

Bahwa orang Kristen harus menjadi terang dunia. “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak diatas gunung tidak mungkin tersembunyi.” Menjadi terang dunia berarti supaya orang lain tahu, dan menerangi manusia-manusia lainnya, dalam hal ini terkandung makna tentang mengabarkan kepada orang lain.

Jadi tujuannya ialah memberikan kekuatan impian percaya terhadap sesama saudara seiman agar iman yang lemah dikuatkan, dan yang kuat makin bertambah-tabah, sehingga tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan.

Bersaksi berarti menerangi, menerangi berarti juga menegur yang didalam kesesatan, dan apabila yang beriman tidak menegur, maka sangsinya bagi yang tidak menegur ialah hukuman Allah,

“Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan
menuntut pertanggung jawab atas nyawanya daripadamu.”

Oleh dasar-dasar itulah saya berkeharusan bersaksi, menceritakan pengalaman pergumulan di dalam mencari kebenaran yang hakiki, sampai saya mendapatkannya, bahkan mendapat jaminan “Keselamatan” yang pasti di dalam Kristus Yesus!

Sekian TAMAT……

https://onkp.wordpress.com/2007/09/13/yusuf-roni-mengapa-saya-tertarik-pada-kristen/

Allah Menghendaki Anda Selamat

 

Allah Menghendaki Anda Selamat

 

Kehendak Allah Bagi Anda

Allah menghendaki Anda dan saya selamat! Bagaimana kita tahu hal ini? Alkitab menyatakan demikian! Alkitab mengatakan bahwa Allah, “...yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:4). Kemudian Alkitab menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah seorang pengantara antara Allah dan manusia, dan Dia menyerahkan diriNya sendiri sebagai tebusan bagi kita semua (1 Timotius 2:5, 6). Itu adalah kabar luar biasa.

Kasih Allah Kepada Anda

Apa yang mendorong Allah menghendaki kita selamat? KasihNya yang begitu besar kepada kita, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8). Sudahkah Anda juga mendengar atau membaca berita dalam 1 Yohanes 4:9? “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.”

Anugerah Allah Bagi Anda

Apakah benar untuk menyimpulkan bahwa anugerah Allah memungkinkan keselamatan kita? Mutlak sekali! “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” Jelas bahwa tanpa anugerah Allah, manusia tidak mempunyai kesempatan untuk selamat. Apakah anugerah itu? Anugerah adalah pemberian tanpa menuntut balas jasa, yakni pemberian yang tidak dapat kita bayar. Melalui anugerah Allah, Dia memberikan kepada kita hal yang tidak layak/tidak pantas kita terima atau dapatkan. Apakah mungkin bagi Anda dan saya mendapatkan keselamatan dengan usaha sendiri? Tidak! Dapatkah kita selamat dengan perbuatan-perbuatan moral baik kita? Tidak akan pernah! Mungkinkah bagi kita membuat rencana kita sendiri atau memeriksa tindakan-tindakan yang dengannya kita mungkin dapat menyelamatkan diri kita sendiri? Masih jawabannya “tidak.”

Juru Selamat Dari Allah Bagi Anda

Inilah “gambaran” yang diberikan Perjanjian Baru kepada kita: Karena kasihNya kepada kita, Allah menginginkan semua manusia selamat. Sehingga melalui anugerahNya, Dia mengutus AnakNya ke bumi ini. Dan apakah maksudNya dengan mengutus Yesus? “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa” (1 Timotius 1:15). Mengapa Anak Allah diberi nama “Yesus”? Jelas karena “Yesus” berarti “Juru Selamat”, seperti kita lihat dalam perkataan ini, “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (Matius 1:21).

Kebutuhan Terbesar Kita

Apakah Anda tahu bagaimana Alkitab mengartikan “dosa”? Alkitab mengatakan bahwa “dosa adalah pelanggaran hukum” (1 Yohanes 3:4). Jadi, seorang “pendosa” adalah seorang yang melanggar hukum Allah. Jadi siapakah yang cocok/pas dalam kategori orang-orang berdosa? Alkitab menjawab dengan jelas, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23).
Kebutuhan terbesar manusia adalah selamat dari dosa. Anda tahu, dosa menyebabkan manusia terpisah dari Allah, seperti ada tertulis, “tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Yesaya 59:2). Konsekuensi mengerikan dari melakukan dosa adalah terpisah dari Allah.
Bukankah hal ini menaruh kita ke dalam suatu posisi tidak berpengharapan? Tanpa Yesus, ya. Tetapi melalui Yesus ada harapan! Ingat Yesus datang ke dalam dunia ini untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Dan bagaimanakah Dia melaksanakan hal ini? Dengan mati di kayu salib di Kalvari dan mencurahkan darahNya agar dosa-dosa kita dapat disucikan. Dengan darah Yesus kita dapat dibenarkan atau didamaikan dengan Allah. Dengarkan perkataan ini, “Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” (Roma 5:9, 10).
Tetapi bukankah ada cara lain untuk menerima pengampunan dosa dan didamaikan dengan Allah? Tidak. Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).

Akankah Semua Manusia Selamat?

Jika Yesus memberikan diriNya sendiri sebagai sebuah tebusan bagi semua manusia, maka apakah ini berarti bahwa setiap orang akan selamat dan pergi ke surga?” Dengarkan apa yang dikatakan tentang hal ini: “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya" (Matius 7:13, 14). Selanjutnya Yesus berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 7:21).

Apakah Tanggapan Anda?

Yesus mengundang semua manusia kepadaNya untuk mendapatkan keselamatan, sambil berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Tolong dimengerti bahwa Allah surgawi tidak memaksa seorang-pun untuk menerima anugerah yang Dia sampaikan kepada kita melalui Yesus. Kita masing-masing mempunyai kebebasan berkehendak atau memilih untuk menerima atau juga menolak anugerah Allah, kasih Allah, dan keselamatan. Allah memanggil atau membawa manusia kepada Yesus melalui pengajaran firmanNya yaitu Injil (2 Tesalonika 2:14; Yohanes 6:44, 45). Sementara Anda dan saya mendengar berita Injil itu, maka terserah kepada kita menerima atau juga menolaknya. Apakah jawaban Anda? Sekarang apakah Anda seorang penerima atau penolak kehidupan rohani dan keselamatan yang ditawarkan Allah kepada Anda melalui Kristus?

Apakah Yang Harus Anda Lakukan Supaya Selamat?

Anda berpikir adakah sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang supaya selamat? Ya, tetapi bukankah keselamatan sebuah pemberian? Tentu saja Ya (Efesus 2:8). Tetapi, keselamatan adalah sebuah pemberian bersyarat. Ini berarti bahwa Allah memberi jaminan keselamatan kepada hanya ketika kita memenuhi syarat-syarat yang telah Dia tetapkan di dalam firmanNya, Alkitab.
Kita tidak boleh lupa bahwa kita memperoleh “.... penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya” (Efesus 1:7). Jadi, jika pertanyaan, “APA yang dapat membasuh dosa-dosa saya”, maka jawabannya, “darah Yesus Kristus”, tetapi jika kita bertanya, “KAPANKAH darah Yesus membasuh dosa-dosa seseorang?” Itu adalah pertanyaan yang sepenuhnya berbeda.
Barangkali Anda telah mendengar atau membaca pernyataan ini: “Supaya selamat dari dosa-dosa Anda, semua yang perlu Anda lakukan adalah berdoa kepada Yesus, mengaku dosa-dosa Anda kepadaNya, dan menerima Dia di dalam hati Anda sebagai Juru Selamat pribadi Anda.” Memang tidak meragukan hal ini adalah gagasan yang sangat populer yang telah diterima oleh jutaan orang. Tetapi apakah Anda tahu? Gagasan seperti ini tidak pernah ditemukan di dalam Alkitab. Jelas tidak ada! Jika demikian, lalu mengapa banyak orang yang menyebarkan pengajaran seperti ini? Pertanyaan yang baik!
Kebenaran adalah jika seorang mau meluangkan waktu belajar Perjanjian Baru Yesus Kristus, maka dia akan mempelajari bahwa hal-hal berikut ini adalah tindakan yang harus diambil seorang supaya dosa-dosanya disucikan oleh darah Yesus:
  • Mendengarkan Injil yang diberitakan, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17).
  • Percaya keberadaan Allah: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6).
  • Percaya Yesus sebagai Anak Allah: “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (Yohanes 3:18).
  • Bertobat dari setiap dosa: “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” ( 2 Petrus 3:9). Bertobat tidak berarti hanya mengatakan, “Saya menyesal” tetapi berarti merubah pemikiran. Dalam proses pertobatan yang sesungguhnya (murni), setelah seseorang berdosa kepada Allah, dia akan: (1) Menyesali apa yang telah dilakukannya; (2) Menetapkan (memutuskan) di dalam hatinya untuk tidak mengulangi kesalahan ini (yaitu dia akan merubah kehendaknya); (3) Merubah (memperbaharui) kehidupannya.
  • Mengaku iman dalam Yesus Kristus, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Roma 10:10).
  • Dibaptiskan: “Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!” (Kisah Rasul 22:16). Alkitab tidak mengajarkan bahwa seorang harus dibaptiskan setelah seseorang itu selamat, atau bahwa seorang itu harus dibaptiskan sebagai tanda luar saja untuk menunjukkan bahwa dia telah selamat (sebelum baptisan) melalui iman. Yesus sendiri berkata, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:16). Menurut perkataan Yesus ini, siapakah yang akan diselamatkan? Seorang yang hanya percaya? Tidak! Seorang yang dibaptiskan saja? Tidak! Tetapi, seorang yang percaya dan dibaptis. Catatan: Di dalam Perjanjian Baru kata “baptisan” berarti “suatu pembenaman (penyelaman)”, bukan suatu percikkan atau menuangkan air.
  • Terus setia kepada Kristus: “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus” ( Galatia 3:27) bukanlah akhir dari kehidupan rohani seseorang di dalam Kristus, tetapi baru permulaan! Setelah baptisan seseorang harus hidup/menjalani kehidupan dalam sebuah pelayanan setia kepada Tuhan. Dia melakukan hal ini dengan hidup harmonis sesuai ajaran-ajaranNya. Mengikuti Kristus bukanlah hal kecil, tetapi sebaliknya sebuah komitmen seumur hidup
Seperti yang telah kami katakan, “Allah menghendaki Anda selamat!” Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda mau selamat? Jika kami dapat menolong Anda dalam pengertian Anda atau ketaatan kepada kehendak Kristus.
 

e hënë

Jodoh: Di Tangan Tuhan atau Di Tangan Manusia?

 
 
 Problematika mengenai jodoh atau pasangan hidup bukanlah perkara mudah untuk dipecahkan. Ada banyak kasus orang yang sudah menikah dan berpikir bahwa pasangannya adalah pasangan hidupnya, tetapi akhirnya bercerai juga dengan alasan tidak cocok. Mengapa tidak cocok? Mengapa pada saat mengenal dan berpacaran, mereka tidak saling mengenal sungguh-sungguh? Ada banyak jawaban untuk pertanyaan ini, salah satunya, yaitu: kalau waktu berpacaran, kebiasaan negatif tidak ditunjukkan, sedangkan waktu menikah, segala sesuatunya tampak nyata. Ketidakcocokan yang terjadi ini sering kali mengakibatkan seseorang frustasi lalu mengatakan bahwa jodohnya dahulu bukan dari Tuhan. Benarkah jodoh di tangan Tuhan ataukah di tangan manusia mutlak ataukah dua-duanya? Ada beragam pandangan mengenai hal ini yang disertai dengan presuposisi dan akibat konsep-konsep tersebut. Selanjutnya, kita akan mengkritisinya dari perspektif Alkitab dan menunjukkan bahwa pasangan hidup itu sebenarnya dipimpin oleh Allah dan tetap dipertanggungjawabkan oleh manusia.
 
 
JODOH DI TANGAN TUHAN
Pertama, jodoh di tangan Tuhan. Ada orang Kristen yang berpandangan bahwa jodoh di tangan Tuhan. 
 
Presuposisi
Apa yang melatarbelakangi pemikiran ini? Konsep ini didasari oleh pemikiran theologi Reformed bahwa apa pun di dunia ada dalam pemeliharaan (providensia) Allah. Allah adalah Allah yang memelihara segala sesuatu. Itulah wujud kedaulatan Allah. Jika Ia berdaulat atas segala sesuatu, mengapa untuk masalah jodoh dikecualikan dari kedaulatan Allah? Meskipun ajaran ini benar, tetapi penganut konsep pertama ini mengekstremkannya. Jika ditelusuri, konsep ini mirip dengan pandangan Hiper-Calvinisme (http://en.wikipedia.org/wiki/Hyper-Calvinism) yang meniadakan konsep tanggung jawab manusia dan terlalu menekankan kedaulatan Allah. Tidak heran, juga seorang Hiper-Calvinis tulen akan “konsisten” menjalankan konsepnya baik di dalam doktrin maupun aplikasi hidup, meskipun bertentangan dengan ajaran Alkitab. Seorang Hiper-Calvinis yang tidak mempercayai tanggung jawab manusia akan malas memberitakan Injil (karena bagi mereka sudah ada predestinasi dari Allah, buat apa memberitakan Injil) dan juga malas mencari pasangan hidup sendiri.
 
Presuposisi kedua yang  melatarbelakangi konsep ini adalah konsep “cuek.” Ini yang lebih parah. Orang yang mengatakan bahwa jodoh di tangan Tuhan dilatarbelakangi oleh kecuekan dirinya memikirkan tentang pasangan hidup. Artinya, mereka malas mencari sendiri pasangan hidup, lalu menyerahkan tanggung jawabnya ini kepada Tuhan Allah.
 
Akibat dan Analisa Theologis (dan Filosofis)
Lalu, apa akibat konsep ini? Konsep ini mengakibatkan seseorang di titik pertama tidak bertanggungjawab mencari pasangan hidupnya yang beres sesuai kriteria Alkitab. Kalau orang ini seorang cowok, ia akan menunggu sampai cewek itu yang memberi respons kepada si cowok. Setelah bertemu dengan pasangan hidup yang cocok tersebut, orang ini berpacaran dan menikah, karena ia menganggap itu adalah jodohnya. Tetapi sayangnya, setelah menikah beberapa bulan bahkan tahun, mereka bercerai, lalu dengan mudahnya mengatakan bahwa pasangannya dahulu bukan jodohnya. Kemudian, ia akan marah kepada Tuhan dan menyalahkan-Nya. Logika ini sungguh lucu. Jadi, para penganut konsep ini hendak mengatakan bahwa jodohnya itu mutlak di tangan Tuhan (dan manusia tidak bertanggungjawab sama sekali), lalu setelah mereka bertemu dengan jodohnya, namun tidak cocok bahkan bercerai, yang disalahkan adalah Allah! Padahal Alkitab mengajarkan kita untuk mencari pasangan hidup yang seiman dan sepadan.
 
 
JODOH DI TANGAN MANUSIA
Kedua, jodoh di tangan manusia. Ini adalah satu konsep yang melawan konsep pertama. Dengan kata lain, orang yang memegang konsep ini sebenarnya sedang berpikir either…or (kalau tidak ini, ya yang satunya).
Presuposisi
Apa yang melatarbelakangi konsep ini? Konsep ini didasari oleh suatu kehendak diri yang ingin meniadakan Allah di dalam masalah pasangan hidup. Orang yang memegang konsep ini adalah orang yang berpikir bahwa Allah tidak ada hubungannya sama sekali dengan masalah pasangan hidup, lalu ia mengatakan bahwa biarlah ia sendiri yang bertanggungjawab mencari pasangan hidup. Konsep ini sebenarnya mirip dengan konsep dualisme iman-ilmu yang memisahkan secara tajam antara iman Kristen dan integrasinya di dalam kehidupan sehari-hari. Bagi para dualis ini, Allah tidak ada hubungannya dengan kehidupan mereka sehari-hari dan Ia hanya ada (berkuasa) di lingkungan gereja saja.
 
Lebih celakanya, ada yang mengatakan bahwa manusia bertanggungjawab mencari dan memilih pasangan hidup, nanti Tuhan tinggal merestuinya. Orang ini mengatakan bahwa pada saat memilih pasangan hidup ini pun ada di dalam pemeliharaan Allah. Benarkah konsep ini? Bukankah konsep ini hendak menurunkan derajat Allah hanya sebagai Pribadi yang melegitimasi apa yang kita pilih atau lebih ekstremnya hendak mengatakan Allah sebagai pembantu kita? Konsep ini tidak ada bedanya dengan konsep beberapa (atau bahkan banyak) ajaran Karismatik yang mengajarkan bahwa kita minta apa saja, Tuhan tinggal dan pasti mengabulkan. Lebih tajam lagi, ini adalah konsep Arminian yang menekankan tanggung jawab manusia melebihi kedaulatan Allah. Bagi seorang Arminian, dirinya bertobat, meskipun adalah anugerah Allah, tetap adalah jasa manusia. Bagi seorang Arminian juga, keselamatan bisa hilang, karena orang “Kristen” murtad dan Allah tidak berdaya apa pun. Sungguh mengasihankan “Allah” seperti ini, “Allah” yang kalah dengan kehebatan manusia.
 
Terakhir, lebih celaka lagi, jika konsep ini diajarkan oleh orangtua yang mengklaim diri “Kristen” kepada anak-anak mereka di dalam memilih jodoh. Artinya, orangtua “Kristen” bisa mengajar atau bahkan menyetujui konsep bahwa jodoh di tangan manusia, karena di titik pertama, mereka hendak mematok standar tertentu bagi calon pasangan anaknya. Memang baik (Pdt. Sutjipto Subeno pernah mengatakan bahwa baik belum tentu benar) jika ada orangtua yang menetapkan (lebih tepatnya: memberikan saran/menyarankan) kriteria-kriteria yang baik bagi pasangan anak mereka, tetapi penetapan itu BUKANlah penetapan mutlak seperti penetapan Allah! Barangsiapa yang memutlakkan standar tertentu, ia hendak menyamakan dirinya dengan Allah, dan itu adalah dosa. Mengapa? Karena dosa bukan dimengerti secara fenomena, misalnya: membunuh, mencuri, dll, tetapi dosa adalah melawan Allah atau lebih tepatnya mengutip perkataan Rev. Prof. Cornelius Van Til, Ph.D. di dalam bukunya The Defense of the Faith (1955), dosa adalah inisiatif manusia menggantikan standar nilai Allah dengan standar nilai diri mereka yang berdosa untuk menafsirkan segala sesuatu. (hlm. 15) Jika ada orangtua “Kristen” (apalagi mengaku “Reformed”—lebih tepatnya, bukan Reformed sejati, tetapi aktif ikut kebaktian di gereja Reformed saja) lalu dengan cepat menyetujui konsep bahwa jodoh itu di tangan manusia, berhati-hatilah! Jika mereka sampai menyetujui konsep ini dengan cepat (tanpa pikir panjang), dapat dipastikan bahwa mereka sebenarnya hendak membuang standar Allah dan menetapkan standar orangtua secara mutlak bagi pasangan anak mereka, meskipun ada yang secara mulut (bahasa Jawanya: mbasahi lambe—tanda orang yang tidak pernah tulus jika berkata apa pun) mengakui partisipasi Tuhan di dalamnya. Itulah dosa!
 
Akibat dan Analisa Theologis (dan Filosofis)
Lalu, apa akibatnya?
Pertama, orang yang memegang konsep ini secara konsisten akan memilih pasangan hidupnya sendiri yang diklaim “sesuai prinsip Alkitab”, tetapi sayangnya tidak meminta pimpinan Tuhan di dalamnya. Mengapa? Karena orang ini akan takut dan kuatir (bahkan mungkin saja bisa marah) jika sampai Allah mengatakan TIDAK atas pilihannya. Sebenarnya, problem utama penganut konsep ini adalah orang ini tidak mau diganggu (bahkan oleh Allah sendiri) ketika memilih pasangan hidup. Jika si cowok mengatakan bahwa dirinya cocok dengan seorang cewek dan begitu juga sebaliknya, mereka akan langsung berpacaran dan menikah. Padahal mungkin sekali di mata Allah, mereka tidak cocok secara esensi, karena apa yang kita pandang dan anggap baik, belum tentu dipandang dan dianggap baik dan benar oleh Allah!
 
Kedua, orang lain (dalam hal ini, khususnya orangtua) ikut menentukan standar memilih pasangan hidup. Karena memegang dengan teguh konsep bahwa jodoh di tangan manusia, ada beberapa orangtua “Kristen” yang ikut-ikutan menentukan jodoh/pasangan hidup anaknya. Ketika disebut seperti ini, spontan saja, orangtua “Kristen” ini tidak mau dikatakan “menentukan” pasangan hidup anaknya, tetapi “menyarankan.” Jika mau ditelusuri lebih tajam, apa bedanya “menyarankan” dengan “menentukan/memaksa”? Dua kata ini jelas berbeda, tetapi berusaha dikaburkan oleh orang postmodern ini. “Menyarankan” berarti orangtua “Kristen” ini hanya memberi saran yang baik kepada anaknya tentang kriteria pasangan hidup yang berkaitan dengan pandangan-pandangan umum (respons manusia berdosa terhadap wahyu umum Allah yang berupa: kebudayaan dan ilmu/sains). Hasil akhirnya BUKAN lagi ada pada orangtua ini, tetapi pada kebebasan anaknya yang bertanggungjawab untuk memilih atau menolak beberapa atau semua konsep orangtuanya sesuai dengan prinsip respons manusia terhadap wahyu umum Allah dan wahyu khusus Allah, yaitu: ALKITAB! Sedangkan “menentukan/memaksa” berarti orangtua bukan hanya memberi saran, tetapi ikut menilai calon pasangan hidup anaknya, meskipun penilaian ini pun kadang-kadang sangat fenomenal dan tidak bertanggungjawab sama sekali. Misalnya, ada orangtua “Kristen” bahkan mengaku diri “Reformed” (padahal sih, cuma aktif ikut kebaktian di gereja Reformed) tetapi masih mempercayai shio sebagai standar menentukan/memaksa anaknya dalam memilih pasangan hidupnya (meskipun katanya, ini hanya lelucon, tetapi bagi saya, ini adalah lelucon yang tidak berarti sama sekali). Contoh, ketika sang anak mengetahui bahwa pasangan hidupnya shio kuda, maka dengan cepat, sang orangtua ini mengatakan bahwa orang yang shionya kuda itu keras, dll. Bukankah ini adalah suatu kelucuan yang tidak masuk akal, bodoh, dan menghina Allah sendiri ketika ada orang (bahkan menyebut diri “Kristen”) yang mengukur orang lain dari shio yang dilambangkan dengan binatang?! Jika ada orangtua “Kristen” yang sampai menentukan pasangan hidup bagi anaknya, biarlah dirinya sendirilah yang menikah, bukan anaknya!
 
 
JODOH: DIPIMPIN TUHAN DAN DIPERTANGGUNGJAWABKAN OLEH MANUSIA
Jika konsep pertama dan kedua adalah konsep yang tidak menyeluruh dan tidak seimbang, maka bagaimana pandangan Alkitab yang konsisten sesuai dengan theologi Reformed tentang jodoh? Benarkah jodoh itu mutlak di tangan Tuhan atau mutlak merupakan tanggung jawab manusia? Secara konsisten dengan Alkitab dalam perspektif theologi Reformed yang seimbang dan menyeluruh, maka konsep yang benar mengenai jodoh bahwa jodoh itu dipimpin oleh Tuhan dan tetap dipertanggungjawabkan oleh manusia.
Presuposisi
Apa dasar pikir dari konsep terakhir ini? Konsep ini didasarkan pada berita Alkitab mengenai penciptaan manusia. Mari kita analisa secara cermat. Setelah menciptakan segala sesuatunya selama 5 hari, maka Allah menciptakan manusia di hari ke-6 (Kej. 1:26-27). Di situ, dengan jelas, Allah berfirman bahwa manusia diciptakan menurut gambar-Nya. Lalu, Allah memberkati ciptaan itu dan menyebutnya sungguh amat baik (Kej. 1:31). Kemudian, Ia menyadari bahwa tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, maka Ia akan menjadikan seorang penolong yang sepadan dengan dia—Adam (Kej. 2:18). Ayat ini dilanjutkan dengan ayat 19 yang mengatakan bahwa Allah membawa semua binatang hutan dan burung kepada manusia untuk melihat, lalu Adam memberi nama kepada semua binatang. Setelah mengamat-amati ciptaan Tuhan (binatang) itu, maka Adam menyadari bahwa tidak ada penolong yang sepadan dengan dia, maka di ayat 21, Allah menciptakan Hawa sebagai penolong yang sepadan dengan Adam. Dari kisah ini, apa yang bisa kita pelajari? Ada yang menafsirkan bahwa kisah ini merupakan bukti bahwa jodoh merupakan tanggung jawab manusia. Konsep ini diajarkan karena si penafsir hanya membaca ayat 19-20. Meskipun tidak sepenuhnya salah, konsep ini tetap kurang tepat. Mari kita analisa.
 
Pertama, kisah ini hendak mengajarkan kepada kita bahwa pria dan wanita adalah sama-sama ciptaan Allah. Karena merupakan ciptaan Allah, maka tentu saja natur mereka ditentukan BUKAN oleh mereka sendiri atau ilmu-ilmu yang manusia ciptakan, tetapi oleh Allah sebagai Pencipta mereka. Sungguh suatu ketidakmasukakalan jika ingin mengetahui natur manusia dari manusia dan ilmu-ilmu yang diciptakan oleh manusia berdosa! Allah yang menciptakan mereka adalah Allah yang menetapkan natur bagi mereka. Allah yang sama juga adalah Allah yang mengerti totalitas manusia yang diciptakan-Nya, entah itu karakter, dll. Di dalam karya penebusan dan pengudusan terus-menerus, Allah yang sama, yaitu Roh Kudus yang memurnikan iman, karakter, dan spiritualitas anak-anak-Nya agar kita makin serupa dengan Kristus, Kakak Sulung kita. Kembali, Allah ikut terlibat di dalam setiap inci kehidupan kita. Dari konsep ini, kita bisa belajar bahwa jodoh BUKAN hanya merupakan tanggung jawab manusia yang lepas dari pimpinan Tuhan! Bagaimana dengan integrasi keduanya, yaitu kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia? Kita akan membahasnya di poin kedua.
 
Kedua, jika kita membaca dengan jelas Kejadian 2:18-25, kita akan melihat dengan jelas bahwa di titik pertama, di ayat 18, Allah sudah mengetahui bahwa Adam tidak bisa hidup sendiri tanpa seorang penolong yang sepadan dengan dia. Allah tentu SUDAH mengetahui bahwa penolong yang sepadan tentu bukanlah binatang, tumbuhan, dll, tetapi manusia. Lalu, mengapa di ayat 19-20, Ia membawa binatang kepada manusia untuk dinamai, lalu manusia mengatakan bahwa itu semua tidak sepadan dengan dia? Apakah Allah ingin bermain-main dengan manusia? Ataukah Allah tidak tahu dan spontan “kaget” kalau apa yang dikatakan manusia di ayat 19-20 itu bertolak belakang dengan rencana-Nya? TIDAK! Allah sudah mengetahui segala sesuatu karena Ia adalah Allah. Tetapi, Allah yang Mahatahu tidak mematikan tanggung jawab manusia! Sehingga, meskipun Allah tahu, Ia tetap menuntut pertanggungjawaban manusia. Saya berani menafsirkan bahwa pertanggungjawaban manusia sebagai umat pilihan-Nya ini adalah reaksi terhadap anugerah Allah. Alkitab mengajar dua paradoks ini dan itulah yang dipegang oleh theologi Reformed yang seimbang dan menyeluruh, meskipun rasio manusia tidak akan pernah mengerti semuanya secara sempurna. Misalnya, penyaliban Tuhan Yesus itu merupakan tindakan Allah atau manusia? Jawabannya: Allah dan manusia. Pada waktu pencurahan Roh Kudus di hari Pentakosta, Rasul Petrus ketika dipenuhi Roh Kudus berkhotbah kepada orang-orang yang berkumpul di Yerusalem, “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.” (Kis. 2:23) Di ayat ini, kita mendapatkan gambaran jelas bahwa penyaliban Kristus terjadi menurut maksud dan rencana-Nya sekaligus tindakan manusia. Tidak ada pertentangan antara kehendak Allah dan kehendak manusia. Di dalam Alkitab, itu semua menjadi satu. Dari sini, kita pun belajar juga bahwa seluruh aspek kehidupan manusia juga ada di dalam rencana Allah yang berdaulat dan tetap menuntut pertanggungjawaban manusia. Contoh, tentang kebiasaan atau tindakan buruk yang kita lakukan. Kita sering terlambat mengajar atau pergi kuliah, lalu jangan memakai dan memberikan alasan kepada anak didik atau dosen bahwa keterlambatan kita pun ditetapkan oleh Allah! Itu dosa, karena melemparkan tanggung jawab kita kepada Allah. Memang, Tuhan mengetahui keterlambatan kita dan mungkin sekali Tuhan mengizinkan hal itu terjadi supaya kita belajar sesuatu, tetapi tidak berarti, Tuhan yang harus dipersalahkan ketika kita terlambat. Keterlambatan kita TETAP adalah tanggung jawab kita. Tuhan hanya mengizinkannya terjadi (tidak berarti Ia menetapkan)!
 
Kalau kita terapkan konsep ini di dalam konsep tentang jodoh, maka kita akan mengerti dua hal:
Pertama, Allah memberikan kepada kita pasangan hidup yang tepat. Sebagai umat pilihan-Nya, kita harus mengetahui bahwa segala sesuatu ada di dalam rencana kekal Allah yang berdaulat, termasuk jodoh kita pun, karena Ia yang menciptakan dan memelihara kita, tentulah Ia yang sama mengenal pribadi kita jauh lebih dalam daripada kita atau orangtua atau siapa pun yang mengenal kita (mengutip perkataan seorang hamba Tuhan di dalam sebuah acara tanya jawab di sebuah siaran radio rohani di Surabaya). Karena Ia telah mengenal kita, Ia akan memberikan kepada kita penolong yang sepadan dengan kita. Penolong yang sepadan itu adalah penolong yang saling melengkapi kita untuk saling bertumbuh di dalam Kristus. Saling melengkapi ini TIDAK harus diterjemahkan bahwa kita harus memberi (altruistik) kepada pasangan kita. Saling melengkapi juga bisa berarti saling belajar satu sama lain. Mengapa? Karena ketika kita hidup di dunia tidak ada yang namanya orang sempurna yang hanya bisa memberi, tanpa mau belajar dari orang lain. Kita semua sebagai anak-anak-Nya harus terus bertumbuh di dalam Kebenaran Firman menuju ke arah kesempurnaan di dalam Kristus, Kakak Sulung kita. Perhatikanlah, orang yang terus menekankan (dan mendengarkan) pengajaran bahwa kita harus saling memberi tanpa mau saling belajar adalah orang yang sombong dan egois, suka mencari kejelekan dan kelemahan orang lain, tetapi ketika dirinya ditegur, dia akan memakai segudang argumentasi (bahkan argumentasi “theologis” dan filosofis) untuk menutupi kelemahannya. Ya, itulah realitas manusia berdosa: suka melihat kejelekan orang lain, tetapi tidak suka kejelekannya dinyatakan. Sudah saatnya, orang Kristen sejati yang beres tidak meniru logika orang dunia yang berdosa, tetapi kembali kepada Kristus, siap dan rendah hati menerima teguran dari orang lain yang membangun.
 
Kedua, Allah memimpin kita di dalam memilih pasangan hidup yang telah Ia tetapkan. Kembali, setelah kita mengerti bahwa Ia yang mencipta kita dan Ia akan memberikan kepada kita penolong yang sepadan, lalu, apakah berarti kita diam saja tidak berbuat apa-apa dalam memilih jodoh? TIDAK! Ingatlah, kedaulatan Allah tidak meniadakan tanggung jawab manusia. Meskipun Ia telah mengetahui dengan siapa kita berjodoh, Ia tidak mematikan tanggung jawab manusia. Malahan Ia berpartisipasi aktif memimpin kita di dalam memilih pasangan hidup yang telah ditetapkan-Nya. Bukan tugas kita untuk menghakimi standar penilaian-Nya atas pasangan hidup kita, tetapi yang diperlukan oleh seorang anak Tuhan sejati adalah percaya dan taat mutlak akan pimpinan Tuhan di dalamnya. Saya pernah bertanya langsung tentang masalah pasangan hidup ini kepada Prof. John M. Frame, D.D. melalui Facebook dan beliau menjawab pertanyaan saya dengan jawaban sebagai berikut:
Certainly God predestines everything that happens (Eph. 1:11), including who we love and marry. Some people believe that each of us has a "soulmate," a kind of ideal marriage partner. I don't know that that is true. Since this is a fallen world, I think all people have problems, and therefore no relationship or marriage can ever be problem-free. But of course some people make better marriage partners than others, and single people should pray that God will lead them to a person who can complement them and lead them to fulfill their God-given potential.
That means that marriage is a human choice, and we should make it wisely. It is a choice predestined by God, but that does not detract from the importance of our choice. God's sovereignty and man's responsibility do not compromise one another, according to Scripture. (=Tentu saja Allah mempredestinasikan segala sesuatu yang terjadi (Ef. 1:11), termasuk kepada siapa kita mencintai dan menikah. Beberapa orang percaya bahwa setiap kita memiki seorang “pasangan hidup,” semacam pasangan pernikahan yang ideal. Saya tidak tahu bahwa itu benar. Karena dunia ini adalah dunia berdosa, saya pikir semua orang memiliki masalah-masalah, dan oleh karena itu tidak ada hubungan lawan jenis atau pernikahan yang bisa bebas dari masalah. Tetapi tentu saja beberapa orang memilih pasangan hidup yang lebih baik dari orang lain, dan orang yang masih lajang harus berdoa supaya Allah memimpin mereka kepada orang yang sepadan dengan dia dan memimpin mereka menggenapi potensi yang Allah berikan kepada mereka. Itu berarti bahwa pernikahan itu adalah pilihan manusia, dan kita harus mengusahakannya dengan bijaksana. Itu adalah pilihan yang dipredestinasikan oleh Allah, tetapi itu tidak mengurangi pentingnya pilihan kita. Kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia tidak dapat berkompromi satu dengan yang lain, sesuai dengan Alkitab.)
 
Jika kita sudah mengerti bahwa jodoh itu dipimpin Tuhan dan dipertanggungjawabkan oleh manusia, apakah jika demikian, kita tidak perlu memiliki standar di dalam memilih lawan jenis bagi calon pasangan hidup kita? Tentu TIDAK! Kita boleh dan perlu menentukan standar di dalam memilih lawan jenis bagi calon pasangan hidup kita. Terlebih lagi, kita juga perlu mempertimbangkan saran dan petuah yang baik dari orangtua, teman, dll. Tetapi di atas semuanya, kita TIDAK boleh memberhalakan standar apa pun baik dari diri, orangtua, teman, dll. Kita harus menjadikan standar Allah sebagai standar yang paling penting dan mutlak di dalam memilih lawan jenis bagi calon pasangan hidup kita. Dengan kata lain, kita harus terbuka pada setiap gerakan pimpinan Roh Kudus yang kadang kala mendadak/tiba-tiba yang melampaui rencana dan pemikiran yang telah kita standarkan tersebut. Berarti, di dalam memilih calon pasangan hidup kita pun, ada dinamika hidup yang dipimpin Roh Kudus. Untuk lebih jelasnya, silahkan membaca buku atau/dan kaset Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) dari Pdt. Dr. Stephen Tong yang berjudul Dinamika Hidup dalam Pimpinan Roh Kudus. Jika Tuhan sudah memimpin kita dengan lawan jenis tertentu sebagai calon pasangan hidup kita, sudah seharusnya kita berani menyangkal diri dengan pilihan yang kita anggap baik (tetapi tidak baik dan tidak benar menurut kehendak Allah) dan mencoba mendekati dengan lawan jenis tersebut. Jangan mencoba-coba melawan kehendak-Nya, karena melawan kehendak-Nya berarti dosa. Pekalah terhadap seluruh pimpinan Roh Kudus di dalam setiap aspek kehidupan kita, termasuk memilih calon pasangan hidup.
 
Semua aplikasi praktisnya akan kita pelajari di poin setelah ini.
 
Aplikasi dan Akibatnya
Jika kita telah mempelajari dua konsep di atas, bagaimana kita mengaplikasikannya? Apa pula akibatnya?
 
Setelah kita mengerti bahwa jodoh itu adalah dipimpin Allah dan tetap dipertanggungjawabkan manusia, maka ada beberapa aplikasi praktis yang harus kita (para cowok) perhatikan:
1.           Bina Hubungan Pribadi Anda dengan Allah Melalui Firman, Doa, dan Pengalaman Pribadi
Konsep pertama mengaplikasi konsep terakhir ini adalah konsep membangun hubungan pribadi kita dengan Allah. Jika kita ingin mengerti kehendak dan rencana Allah di dalam hal jodoh, tidak ada jalan lain, kecuali kita harus secara teratur membangun hubungan pribadi dengan Allah. Tentu, motivasinya bukan supaya kita mengerti pimpinan Allah di dalam hal jodoh saja, tetapi hal ini kita harus lakukan setiap hari. Ketika kita terus membangun hubungan pribadi dengan Allah, kita akan semakin mengenal kehendak dan pimpinan-Nya yang terbaik. Membangun hubungan pribadi dengan Allah bisa dilakukan dengan tiga sarana, yaitu: Alkitab, doa, dan mengalami-Nya. Melalui Alkitab, kita mengerti apa yang dikehendaki-Nya, yaitu: kekudusan, kebenaran, kemurnian/ketulusan, cinta kasih, keadilan, kejujuran (bukan kemunafikan), dan kesungguhan hati. Melalui doa, kita makin mengenal Allah dan kehendak-Nya dengan terus bercakap-cakap dengan-Nya. Jangan pernah berpikir bahwa doa itu hanya satu arah komunikasi, yaitu kita yang terus berkata-kata dengan Allah. Di dalam doa, harus ada dua arah komunikasi, yaitu kita berbicara kepada Allah dan Allah berbicara dengan kita. Di dalam doa itulah, kita merasakan hadirat Allah yang nyata. Sayang, gereja-gereja Protestan arus utama tidak merasakan hangatnya bersekutu dengan Allah yang hidup. Mereka hanya tahu liturgi, liturgi, dan liturgi, tetapi tidak menghidupi Firman. Dan terakhir, kita membina hubungan pribadi dengan Allah melalui pengalaman hidup sehari-hari. Ketika kita sudah memakai sarana pertama dan kedua, kita mulai mengalami-Nya di dalam hidup kita sehari-hari. Ini bukan sekadar teori, saya sudah mengalaminya langsung. Roh Kudus yang telah mewahyukan Alkitab adalah Roh Kudus yang sama telah mencerahkan hati dan pikiran saya tentang banyak hal, khususnya mengenai pengenalan akan Allah. Jangan biarkan iman Kristen hanya merupakan sekumpulan doktrin mati, tetapi hidupilah iman Kristen melalui Alkitab dan pengalaman kita bersama-Nya setiap hari. Ketika kita terus hidup mengalami-Nya sesuai Firman-Nya, hidup kita akan dipenuhi dengan limpahan sukacita yang tak terhingga.
 
2.           Biarkanlah Alkitab dan Roh Kudus Memimpin Anda dalam Mencari Pasangan Hidup Melalui Hubungan yang Akrab Terlebih Dahulu
Setelah kita membina hubungan pribadi dengan Allah, kita harus dengan rendah hati, membiarkan apa yang telah kita lakukan itu memimpin hidup kita. Apa yang telah kita pelajari melalui Alkitab, doa, dan pengalaman hidup bersama Roh Kudus melalui pimpinan-Nya hendaklah memimpin hidup kita terutama ketika kita mencari dan menemukan pasangan hidup. Sebelum masuk ke dalam mencari dan menemukan pasangan hidup, biasakanlah memiliki kepekaan Roh di dalam melihat lawan jenis. Kepekaan Roh yang saya maksudkan bukanlah seperti yang diajarkan oleh mistisisme “Kristen,” tetapi kepekaan Roh di sini adalah kepekaan yang Roh Kudus berikan di dalam mengenal lawan jenis. Apa yang saya paparkan di sini bukan hanya teori kosong. Saya sendiri mengalaminya, meskipun sampai sekarang belum menemukan pasangan hidup yang cocok.
Roh Kudus terus memimpin saya banyak hal untuk peka melihat lawan jenis dan menetapkan standar memilih pasangan hidup. Ketika saya masih sekolah di SMA “Kristen” di Surabaya, saya mulai tertarik dengan cewek. Karena masih SMA, saya masih seperti anak-anak yang menyukai cewek cantik menjadi pacar/pasangan hidup. Dulu sempat saya mendekati adik kelas waktu SMA, tetapi gara-gara kesalahan saya yang terlalu terburu-buru, akhirnya saya gagal. Roh Kudus terus memimpin saya kembali pada waktu kuliah khususnya memimpin cara pikir saya di dalam memilih pasangan hidup. Saya memiliki banyak teman ketika saya berkuliah di sebuah kampus “Kristen” di Surabaya. Roh Kudus terus memberikan kepekaan yang tajam untuk membentuk saya di dalam menjalin hubungan dengan teman lawan jenis. Kepekaan itu ditunjukkan dengan sikap dan reaksi saya memandang teman lawan jenis. Beberapa teman lawan jenis saya cukup cantik, tetapi entah mengapa Roh Kudus tidak memberikan sedikit rasa tertarik kepada beberapa teman lawan jenis itu (meskipun tidak semua). Jujur, waktu kuliah dulu, saya sempat menaksir seorang teman lawan jenis satu jurusan yang saya pikir dia itu baik, cantik, manis, dan cinta Tuhan (terpenting: saya melihat dia adalah orang yang dapat diajar/teachable/rendah hati). Cewek ini bukan hanya sekadar Kristen, tetapi ia adalah orang Kristen yang melayani Tuhan sambil terus belajar Firman Tuhan. Saya sudah mengenal dia (meskipun belum 100% sempurna) karena sering duduk di dekat dia dan berkomunikasi dengannya di dalam setiap kelas selama beberapa semester. Tetapi sayangnya, saya belum berani mengungkapkan hal itu kepadanya dan mungkin sekali dia hanya menganggap saya teman baik. Mungkin di balik itu, Roh Kudus kurang berkenan akan hal itu.
 
3.           Libatkanlah Allah di dalam Segala Proses Pendekatan yang Kita Lakukan
Setelah kita (cowok) menjalin hubungan dengan lawan jenis (cewek), kita baru mulai mendekati lawan jenis yang kita sukai. Di dalam proses pendekatan ini, kembali, jangan pernah lupa untuk terus melibatkan Allah di dalam segala proses pendekatan kita. Kita tetap mendekati lawan jenis yang kita sukai. Kita harus mengupayakannya dengan berbagai cara yang etis, sopan, dan tidak mengganggu. Tetapi jangan pernah berpikir bahwa karena kita telah berusaha keras, maka ketika kita berhasil atau pun gagal, itu semua karena usaha kita sendiri. Jangan pernah memuji usaha kita sendiri di dalam segala sesuatu! Libatkanlah Allah! Berdoalah kepada Allah dan mintalah bijaksana-Nya untuk menentukan apakah dia adalah pasangan hidup kita sesuai kehendak-Nya. Bagaimana caranya? Belajarlah peka akan pimpinan Roh Kudus ketika sedang menjalin hubungan dekat dengan satu lawan jenis baik melalui komunikasi langsung (bertemu langsung) maupun komunikasi tidak langsung (melalui telepon, SMS, chatting, e-mail, dll). Roh Kudus akan memimpin (dalam arti: memberi bijaksana) kita menilai lawan jenis yang kita dekati ini, sampai sejauh mana lawan jenis ini mencintai Tuhan. Utamakan unsur cinta Tuhan! Jangan pernah menganggap bahwa karena lawan jenis yang kita dekati berada di gereja yang sama dengan kita membuktikan bahwa dia juga cinta Tuhan. Cinta Tuhan TIDAK diukur dari aktif pergi ke gereja. Cinta Tuhan diukur dari kerelaan, kerendahan, dan kemurnian hati di dalam mengasihi dan melayani-Nya. Mengasihi dan melayani-Nya ditandai dengan kemurnian, kesungguhan, dan kerendahan hati kita menempatkan Allah sebagai Tuhan dan Raja di dalam hidup kita dan juga melayani-Nya seumur hidup kita. Jangan pernah tertipu oleh fenomena! Orang yang mengasihi Allah adalah orang yang mencintai Firman-Nya yang tentunya adalah orang yang sudah membaca Alkitab dari Kejadian s/d Wahyu dan berusaha menghidupi Firman yang telah ia baca (1Yoh. 5:2).
Bagaimana jika di dalam proses pendekatan ini, lawan jenis yang kita dekati ternyata sudah memberikan tanda-tanda bahwa ia tidak menyukai kita? Kembalikanlah itu semua kepada Allah dan kehendak-Nya. Jika Roh Kudus benar-benar memantapkan kita dengan lawan jenis yang kita sukai tersebut, maka kita harus mencoba bersabar mendekati si cewek itu, meskipun pada awalnya si cewek kurang responsif. Jangan pernah berputus asa. Tetapi jika Roh Kudus tidak memantapkan kita, jangan sekali-kali memantap-mantapkan diri kita sendiri (self-confidence/percaya diri), lalu terus mencoba mengejar cewek yang tidak diinginkan Allah.
 
4.           Bergumullah di Hadapan Allah Di Dalam Menerima Reaksi Lawan Jenis yang Kita Dekati
Jika kita (cowok) telah mendekati lawan jenis (cewek) yang kita sukai dengan cara-cara yang tepat, sopan, etis, dan tidak mengganggu, maka percayalah bahwa hasil dari pendekatan kita, apakah si lawan jenis itu menerima atau menolak cinta kita adalah kehendak Allah. Jika lawan jenis yang kita sukai ternyata sudah lebih dari satu kali menolak kita secara implisit (misalnya, ketika kita mengirim SMS atau menelpon dia, dia berkata bahwa dia sedang “sibuk”—bukan sibuk sungguhan), maka jangan pernah memaksa terus untuk mendekati dia. Mungkin saja, Allah tidak berkenan ketika kita mendekati lawan jenis yang kita anggap baik itu. Belajarlah peka akan hal itu dan percayalah bahwa kegagalan dan keberhasilan kita di dalam hasil setelah kita mendekati lawan jenis itu berada di dalam koridor pemeliharaan-Nya. Kalaupun lawan jenis yang kita dekati/sukai menolak cinta kita, percayalah Allah sudah dan sedang menyediakan bagi kita pasangan hidup yang lebih baik bagi kita, meskipun kadang-kadang tidak kita sukai secara fenomena. Tetapi apakah selalu berarti bahwa jawaban TIDAK dari si cewek menandakan bahwa Allah melarang kita berhubungan dengannya? TIDAK selalu. Di sini, kita harus peka. Jika kita yakin bahwa cewek yang kita pilih dan dekati ini adalah benar-benar dipimpin oleh Allah, maka kita terus berusaha mendekati dia meskipun dia sempat menolak cinta kita pertama kalinya. Lawan jenis yang telah Ia berikan kepada kita mungkin menolak pada kesempatan pertama, tetapi percayalah Roh Kudus akan membuka hatinya untuk menerima cinta kita, jika memang kita dan lawan jenis kita adalah pasangan yang dikehendaki-Nya.
Bagaimana jika lawan jenis kita menerima cinta kita? Bukankah ini suatu kecocokan? Apakah itu berarti Tuhan menyetujui hubungan kita dengan lawan jenis yang kita pilih? Mungkin ya, mungkin tidak. Gumulkan hal ini kembali di hadapan Tuhan, benarkah Allah menyukainya? Jika ya, teruskan hubungan kita dengan lawan jenis ini. Jika tidak, meskipun si cewek menerima cinta kita, taatlah kepada Tuhan dan pimpinan-Nya, jangan meneruskan hubungan sebelum kita menuai akibat yang tidak diinginkan.
 
Sebagai contoh nyata dari konsep ini adalah contoh yang saya ambil dari buku Rev. (Pdt.) Joshua Harris yang berjudul “Saat Cowok Ketemu Cewek” (Boy Meets Girl). Di buku ini, Rev. Joshua menceritakan pengalaman hidupnya sendiri dalam mengaplikasikan konsep ini. Dulu, waktu bekerja di gereja, beliau sempat menaksir seorang cewek, teman kantor gerejanya yang sudah lahir baru (sebut saja inisialnya: A). Pada suatu hari Minggu, di gerejanya, ada kesaksian dari seorang cewek yang baru bertobat (sekarang menjadi istrinya Shannon). Pada waktu itu, beliau tidak memiliki perasaan apa-apa dengan cewek yang baru bertobat ini, karena menurut pemikiran beliau, seorang yang baru bertobat belum bisa menjadi pasangan hidup bagi dirinya. Beliau bisa berpikiran begitu karena beliau ingin mendekati cewek A, teman kantor gerejanya tersebut. Tetapi selang beberapa lama, akhirnya Rev. Joshua mengetahui bahwa cewek A ternyata sudah memiliki pacar. Lalu, Allah membawanya untuk lama-lama mengenal Shannon ini, mencoba mendekatinya, berpacaran, dan akhirnya beliau menikah.
 
Dari kisah ini, kita belajar bahwa pasangan hidup BUKAN merupakan partisipasi kita 100% saja, tetapi juga merupakan partisipasi Allah di atas segalanya. Biarlah kita makin mengalami pimpinan Allah di dalam realitas mencari dan menemukan pasangan hidup sambil kita tetap berusaha sesuai dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan.
 
Semua hal di atas adalah hal yang dilakukan seorang cowok yang aktif, bagaimana dengan reaksi cewek yang didekati? Cewek Kristen seharusnya adalah cewek yang lebih taat kepada Tuhan dan pimpinan Roh Kudus ketimbang perasaan diri mereka sendiri yang bisa saja salah. Ada beberapa hal yang harus cewek Kristen pertimbangkan ketika didekati oleh cowok Kristen?
1.           Berdoalah dan Minta Pimpinan Roh Kudus
Mayoritas cewek (atau mungkin bahkan semua) akan mengetahui bahwa jika ada seorang cowok yang mengirimkan SMS atau menelpon dirinya lebih dari satu kali secara teratur (misalnya: 1 minggu bisa 2-3x) itu berarti si cowok ada “hati” atau menaksir dirinya. Nah, beberapa (kebanyakan) cewek, apalagi banyak cewek postmodern (tidak semua) adalah cewek yang pragmatis, yang hendak memandang fenomena luar si cowok sebagai standar apakah si cewek juga suka atau tidak suka dengan si cowok. Jika si cewek suka dengan ketampanan si cowok, maka begitu si cowok mendekati dirinya, dia langsung meresponi, tetapi ketika si cewek ditaksir oleh cowok yang biasa-biasa, maka dia tidak meresponinya, bahkan menolak mentah-mentah. Cewek Kristen yang cinta Tuhan HARUS membuang semua unsur fenomena tersebut dan melihat esensinya. Tetapi hal ini TIDAK berarti cewek Kristen menerima semua cowok yang menaksirnya. Inti yang harus diperhatikan adalah bukan hal-hal fenomena, seperti, tampan, kaya, dll, tetapi hati. Untuk itulah, maka di titik pertama, saya mengatakan bahwa cewek yang didekati oleh seorang cowok harus berdoa meminta hikmat dan pimpinan Roh Kudus apakah cowok yang mendekatinya adalah cowok yang dikehendaki Allah atau tidak. Cewek Kristen sejati adalah cewek yang hatinya untuk Tuhan melihat segala sesuatu dari perspektif Allah, sehingga setiap keputusan yang dibuatnya bukan berdasarkan perasaan sesaat, tetapi berdasarkan kehendak dan rencana-Nya yang berdaulat.
 
2.           Belajar Saling Mengenal (dan Dikenal)
Setelah berdoa dan meminta pimpinan Roh Kudus, cewek Kristen harus belajar saling mengenal dan dikenal. Artinya, cewek Kristen sejati adalah cewek yang hatinya terbuka, baik untuk mengenal cowok yang mendekatinya dan juga ia sendiri terbuka apa adanya tentang dirinya terhadap cowok yang mendekatinya itu. Di sini, kita melihat adanya hubungan saling mengenal (cowok mengenal cewek dan cewek mengenal cowok) yang dibangun bahkan sejak di dalam proses pendekatan. Saling mengenal adalah saling mengenal seluruh pribadi masing-masing, saling belajar, saling memberi masukan/nasihat, dll yang kesemuanya berdasarkan standar kebenaran Firman Tuhan. Jika di dalam proses pendekatan ini, banyak hal boleh terbuka, maka ketika berpacaran dan menikah kelak, perbedaan pola pikir, kebiasaan, dll bukan menjadi halangan yang berarti. Kecenderungan anak muda zaman sekarang adalah ketika mendekati lawan jenis, mereka tidak saling terbuka, akibatnya tidak heran, jika suatu saat mereka berpacaran dan menikah, mereka akan terkaget-kaget dengan kebiasaan lawan jenisnya yang berbeda dari apa yang sudah mereka ketahui pada waktu pendekatan.
 
3.           Putuskan Segala Sesuatunya Berdasarkan Pimpinan Roh Kudus yang Jelas
Jika di dalam proses pendekatan tersebut, kalian mendapati karakter si cowok ada yang kurang beres, apa yang harus kalian lakukan? Menolaknya mentah-mentah? TIDAK! Adalah suatu keputusan yang bijaksana jika para cewek: Pertama, mengklarifikasi standar karakter tersebut, apakah dari standar Allah atau standar umum (atau bahkan standar kebiasaan keluarga kalian)? Jika memang karakter si cowok tetap berada di dalam koridor kebenaran Alkitab, tetapi agak asing bagi kita yang mungkin belum terbiasa, biasakan kalian belajar dari si cowok. Jika karakter si cowok kurang beres di dalam hal-hal sepele (misalnya, mudah marah untuk hal-hal yang tidak penting, dll), biasakan juga menerima kekurangan si cowok sambil berusaha mengoreksinya. Nah, si cowok harus dengan rela hati dikoreksi. Tetapi jika karakter si cowok benar-benar tidak beres di dalam hal-hal esensial, si cewek harus menegurnya. Tetapi jika si cowok menolak teguran itu pertama kalinya, mintalah pimpinan Roh Kudus apakah kalian harus tetap meneruskan hubungan dengan si cowok ini atau segera menyudahinya. Mengapa harus meminta pimpinan Roh Kudus? Bukankah kita bisa langsung memutuskan hubungan saja dengan si cowok? TIDAK BISA! Jangan mengambil keputusan berdasarkan emosi sesaat! Biasakan melibatkan Allah di dalam mengambil keputusan. Mungkin saja, si cowok pertama kalinya sungkan atau tidak mau menerima teguran dari si cewek, karena cowok tersebut gengsi. Adalah tugas si cewek membukakan pola pikir si cowok untuk menerima kekurangannya sambil mengoreksinya dengan ketulusan dan kemurnian berdasarkan Firman Tuhan. Dan juga, si cewek pun harus berani rela dikoreksi jika si cowok mengoreksi dirinya. Jika si cowok ini merupakan pasangan hidup kalian kelak, maka Roh Kudus akan membuka hati dan pikiran si cowok ini pelan-pelan, sehingga si cowok dan kalian saling bertumbuh di dalam Kebenaran Firman.
Dari prinsip di atas, ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan di dalam proses pendekatan, baik cewek maupun cowok harus saling menghormati perbedaan yang fenomenal (sekunder) dan tidak saling memaksa. Perbedaan fenomenal/sekunder ini biasanya meliputi perbedaan cara berpikir, karakter, kerohanian, dll. Jika pada waktu pendekatan, cowok dan cewek saling menghormati perbedaan sekunder ini, maka mereka tidak akan menghadapi percekcokan kelak pada waktu berpacaran dan menikah. Percekcokan yang tidak berarti sering kali terjadi pada pasangan suami istri, misalnya perbedaan cara menggosok gigi, makan, kombinasi warna pakaian (baju dan celana/rok), dll. Mengapa bisa demikian? Karena dari tahap pendekatan, mereka tidak bisa saling menghormati satu sama lain, yang sering terjadi adalah si cewek yang kebanyakan mengatur si cowok bahkan untuk hal-hal sepele! Cewek Kristen harus bertobat dari kebiasaan buruk ini, belajarlah untuk tidak terlalu cerewet untuk hal-hal yang TIDAK PENTING!
Nah, setelah tahap pengenalan, maka si cowok pasti akan “menembak” si cewek yang didekatinya suatu saat. Sekarang, keputusan berada di tangan cewek. Adalah suatu hal yang bijaksana jika si cewek memberikan keputusan tersebut dengan bersandar pada hikmat dan pimpinan Roh Kudus, yaitu: menerima atau menolak si cowok yang mendekati kalian. Atau dengan kata lain, berdoalah meminta hikmat-Nya ketika hendak memberikan keputusan pada saat si cowok “menembak” kalian. Jika semuanya dilakukan sesuai dengan pimpinan Roh Kudus dan prinsip Alkitab, maka tentunya cewek Kristen tidak lagi memakai standar-standar yang mereka bangun sendiri (misalnya, cowok ini “antik”, padahal antik yang kalian mengerti adalah antik dalam hal-hal sepele, tetapi kalian tidak mau mengerti mengapa dia antik dan mencoba mengubah keantikannya).
 
Lalu, apa akibat dari konsep terakhir ini? Karena kita percaya bahwa jodoh itu dipimpin Tuhan dan tetap dipertanggungjawabkan oleh manusia, kita tidak perlu kuatir bahwa kita akan salah jalan. Mengapa? Karena kita percaya bahwa Ia selalu memberikan kepada anak-anak-Nya pilihan yang terbaik bagi kemuliaan-Nya, meskipun itu kelihatan “tidak baik” menurut kita. Iman inilah yang mengakibatkan kita tetap berusaha mencari dan mendekati lawan jenis sambil tetap berserah kepada Allah dan pimpinan-Nya. Ia memberikan kita bijaksana di dalam memilih pasangan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip firman-Nya, di sisi lain Ia menuntut kita berserah total akan pimpinan Allah di dalam pemilihan pasangan hidup itu. Itulah tandanya kita mengerjakan apa yang menjadi bagian kita dan menyerahkan apa pun yang melampaui bagian kita kepada Allah yang Berdaulat mutlak. Dan lihatlah bagaimana Allah bertindak dengan luar biasa dahsyat bagi kehidupan pernikahan kita kelak di mana nama Tuhan dipermuliakan selama-lamanya. Sudahkah Anda mengalaminya?
 
 
KESIMPULAN DAN TANTANGAN BAGI KITA
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menyerahkan hidup kita termasuk masalah pasangan hidup kepada Allah yang telah mencipta, memelihara, dan memberikan kepada kita pasangan hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya? Sekali lagi, Ia telah memberikan pasangan hidup yang sepadan kepada kita, namun Ia memimpin kita dengan memberi hikmat dan bijaksana-Nya kepada kita di dalam mencari dan menemukan pasangan hidup itu. Kesemuanya itu bertujuan hanya untuk kemuliaan Allah saja. Amin. Soli Deo Gloria.

Doa Untuk Anda

Apakah Anda Ingin mendapat kiriman text Doa-Satu-Menit setiap hari ? Kirim Email Kosong ke : doa-satu-menit-subscribe@yahoo.com
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:33)

Jika Kamu di Surabaya, Stay Tuned at

  • Bahtera Yuda at 96.4 MHz
  • Bethany FM at 93.8 MHz
  • Nafiri FM at 107.10 MHz

Firman Tuhan Untuk Anda

"Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yohanes 6:51)




Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. (Yohanes 10:14-15)




“Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)




Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya" (Yohanes 11:25-26)




Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (Yohanes 15:16)




“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakan lah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7)




-----000000------00000------00000---------