“Kenakanlah kasih,
sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan”
Cinta adalah anugerah Tuhan yang perlu disyukuri. Dunia tidak akan menjadi lebih indah jika tidak ada ruang bagi cinta. Mencintai dan dicintai. Meski kadangkala hubungan cinta kita dengan pasangan menyebabkan stress, bukan berarti tanpa cinta kita akan bebas dari stress. Yang terjadi justru sebaliknya, tanpa cinta, stress kita akan berkali lipat, karena memang manusia sudah diset sebgai makhluk yang mencinta.
Jangan abaikan cinta, cintailah cinta. Syukurilah pasangan hidup kita sebagai anugerah terbaik yang Tuhan beri. Yang terbaik dari Tuhan bukan berarti tanpa kelemahan dan tanpa kekurangan. Yang terbaik dari Tuhan juga bukan berarti sosok yang sempurna. Justru karena ia bukan sosok yang sempurna, maka kita bisa menyempurnakan kelemahannya dengan kelebihan kita dan membiarkan ia menyempurnakan kekurangan kita dengan kelebihannya, pada saat yang sama.
Jika hubungan kita dengan pasangan didasari dengan cinta, apapun juga masalah yang menerpa selalu bisa kita hadapi bersama. Lain halnya jika tak tersisa cinta dalam bahtera kita, siap-siaplah menerima sebuah kenyataan pahit, bahtera kita kandas! Itu sebabnya ciptakan ruangan bagit tumbuhnya cinta. Selamat jatuh cinta lagi! Seperti ketika untuk pertama kalinya Anda bergetar karena cinta sejati.
Saya ajak Anda untuk bernostalgia sejenak, mengingat kembali masa lalu, masa-masa indah ketika kita pacaran dengan pasangan kita dulu. Mungkin waktu SMA atau waktu Anda masih kuliah. Mungkin saat masih pacaran, kita begitu terbuai oleh luapan cinta sehingga kita tidak keberatan dengan sifat, kebiasaan dan perilaku pasangan kita. Saat-saat itulah kita memiliki persediaan toleransi yang sangat banyak.
Namun sangat masuk dalam kehidupan pernikahan yang sebenarnya, tak jarang romantisme yang dulu menghiasi masa-masa pacaran secara perlahan surut. Dulu kita bisa tutup mata melihat sifat buruk pasangan, tapi sekarang tidak lagi! Dulu kita masih bisa tertawa saat melihat kebiasaan buruk pasangan, tapi sekarang jangan harap lagi! Persediaan toleransi kita sudah habis. Pertengkaran mulai terjadi dan dimulailah babk baru dalam kehidupan pernikahan yang sebenarnya. Rasa frustasi dan stress yang tak terhindarkan lagi!
Dulu kita masih bisa tersenyum saat melihat suami dengan kebiasaan joroknya, sekarang kita mengomel-omel. Dulu kita melayani pasangan dengan senang hati, sekarang kita mengeluh. Dulu kita selalu siap sedia mengantar pasangan kemanapun ia pergi, tetapi sekarang lebih suka mempercayakan kepada sopir untuk mengantar atau membiarkan ia belajar ”mandiri”. Dulu cara kita sangat halus, sekarang tidak perlu kaget kalau umpat-umpatan mulai keluar.
Sesungguhnya setiap pasangan akan melewati fase ini. Fase romantika dan disusul kemudian dengan fase realita. Agar kita tidak merasa frustasi dan stress secara berlebihan, dituntut sikap kita yang dewasa untuk mau memahami bahwa ini adalah suatu proses yang tidak terhindarkan lagi. Selain itu, kita harus tahu bahwa untuk melihat perubahan diri pasangantidak bisa terjadi secara tiba-tiba. Kita tidak bisa berdoa dan dalam sekejap tiba-tiba pasangan kita menjadi berubah seratus delapan pukluh derajat.
Singkatnya, berikan waktu untuk saling memahami dan ciptakan ruangan bagi cinta yang terus tumbuh dan semakin berakar dalam hati. Jika kasih menjadi pengikat, maka gesekan dan perbedaan pendapat yang mungkin saja terjadi tidak akan mengubah cinta kita.
0 komentar:
Posto një koment