"Ya Tuhan, bagaimana saya dapat mengampuni wanita itu. Ia telah mengkhianati saya. Tidak, saya tidak akan mengampuninya."
Setiap kali mendengar nama Becky, perut saya merasa mual. Nama itu mengingatkan saya pada wanita yang menjadi sumber kesengsaraan yang saya derita selama bertahun-tahun. Nama mantan pacar saya, yang mengkhianati saya dengan pacarnya yang baru, dan hal itu dilakukannya terang-terangan di hadapan mata saya. Sebelumnya saya merasa dialah cinta sejati saya, kita telah berjanji untuk menjaga perasaan dan cinta kita dan saya sangat sayang dengan Becky, tetapi sekarang semuanya berubah seratus delapan puluh derajat.
Saya mencoba melupakan hal itu dengan menyibukkan diri dengan kegiatan kuliah yang ada. Saya berolahraga keras, tidur dan makan banyak untuk melupakan masalah itu. Saya mencoba mencari teman yang baru dan yang lebih mengerti saya. Saya juga membaca buku-buku tentang bagaimana cara menyelesaikan masalah yang saya hadapi. Bahkan terkadang saya juga curhat dengan teman sebaya yang saya harap juga mengerti dan memahami permasalahan saya. Tetapi terkadang saya merasa usaha saya sia-sia, mungkin karena saya terlanjur cinta atau dibawa perasaan bersalah ini.
Suatu hari, saya diajak teman untuk mengikuti sebuah acara seminar. Sebenarnya saya tidak ndak terlalu tertarik dengan seminar itu, karena topiknya tentang memberi pengampunan. Tapi karena yang mengajak teman dekat dan kebetulan saya libur jadi saya ndak ada alasan untuk menolaknya. Pembicara seminar itu menerangkan panjang lebar tentang betapa ruginya orang yang menyimpan kebencian. Mereka yang menyimpan kebencian tidak akan pernah merasakan damai sejahtera dan sukacita.
Pembicara itu menyuruh kami untuk mendiskusikan tindakan memberi pengampunan, yang dilakukan oleh beberapa tokoh di Alkitab. Di akhir seminar, pembicara itu mengajak setiap peserta untuk memejamkan mata, membayangkan wajah orang yang dibenci dan segera melepaskan pengampunan kepada orang tersebut.
Seketika itu juga, pikiran saya tertuju pada Becky, dalam hati saya menolak, "Ya Tuhan, bagaimana saya dapat mengampuni wanita itu. Ia telah mengkhianati saya. Tidak, saya tidak akan mengampuninya."
Saya mengeraskan hati, namun semakin saya begitu, wajah Becky semakin terbayang di pelupuk mata saya. Tiba-tiba Roh Kudus berbicara dalam hati saya, “Bersediakah engkau melepaskan pengampunan bagi dia yang sangat engkau benci? Bersediakah engkau menerima keadaanmu sekarang?” Tubuh saya terasa panas dingin, jantung saya berdebar keras, serasa mau meledak. Akhirnya saya berbisik pelan,”Baiklah Tuhan, saya mau mengampuninya, hanya tolong mampukan saya untuk mengampuni dan melupakannya.”
Baru kata-kata itu meluncur dari bibir saya, tiba-tiba sesuatu yang luar biasa terjadi dalam diri saya. Pikiran saya menjadi terang, hati merasa tenang dan damai sejahtera yang lama hilang kini telah kembali. Saya menyadari bahwa kebencian telah membuat saya terpisah dari Tuhan dan saya terbelenggu dalam kerisauan selam bertahun-tahun. Hari itu saya memperoleh pelajaran yang amat berharga, ternyata kebencian mencuri sukacita dan damai sejahtera. Sebab itu jangan biarkan kebencia singgah di hati, berilah pengampunan dan serahkan segala persoalan kepada Tuhan, maka Tuhanlah yang akan mengatasi persoalan itu.
Bagi Anda yang sampai saat ini masih menyimpan kebencian itu, segera buang jauh-jauh, ampuni mereka agar damai sejahtera kembali kepadamu.
Doa: Terimakasih Tuhan, pengampunan yang Kauberikan telah memampukan aku untuk mengampuni orang yang bersalah kepadaku. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur. Amin.
0 komentar:
Posto një koment