“Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri”
Mungkin Anda masih ingat ketika Anda dan pasangan Anda, masuk dalam altar gereja, dan mengucapkan janji di hadapan Allah dan bapak Pendeta. Janji saling setia dan saling mengasihi dalam suka maupun duka, dalam tangis maupun tawa.
Sampai akhirnya, bapak Pendeta berkata : Dan firman-Nya: ”Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Matius 19:5-6).
Anda telah menjadi satu, satu tubuh dengan pasangan Anda, satu tubuh di hadapan Yesus Kristus. Mungkin hal tersebut adalah hal terindah yang tentu masih kita ingat, dan akan kita ceritakan pada anak cucu kita kelak.
Mencintai dan dicintai adalah karunia Tuhan. George sangat bersyukur karena dipertemukan Tuhan dengan Helena, seorang gadis cantik yang sekarang telah menjaddi isterinya. George masih teringat dengan masa pacaran dulu. Ada banyak kenangan indah yang sampai hari ini masih membekas dalam ingatannya.
Kalau mungkin saya punya pertanyaan bagi George, enak mana antara melajang dan menikah, mungkin George akan berkata bahwa menikah adalah salah satu kebahagiaan dan anugerah yang luar biasa.
Namun, terlepas dari romantisnya hubungan kita dengan pasangan, bukan berarti kita bebas dari beberapa stress yang berkaitan dengan hal ini. Sejujurnya, menyatukan dua pribadi yang sama sekali berbeda menjadi satu itu bukan hal yang mudah. Tidak semudah janji-janji manis yang kita ucapkan. Tidak juga segampang kata-kata puitis yang kita obral. Dalam kehidupan nyata, bukankah seringkali kita terlibat perselisihan, bahkan kadangkala pertengkaran dengan pasangan, sekecil apapun itu!
Anda boleh menjadi pasangan yang paling romantis sedunia, tapi jangan harap saya percaya bahwa Anda sama sekali tidak terlibat perselisihan. Dengan kata lain, ribut dengan pasangan adalah hal yang wajar. Kita dengan pasangan adalah pribadi yang berbeda. Pria memiliki perbedaan dengan wanita dalam banyak hal. Di samping itu, masing-masing di antara kita memiliki keinginan, kebutuhan, tujuan, prioritas, hasrat serta suasana hati yang berbeda dengan pasangan.
Tetapi ingatkah Anda bila Anda dan pasangan Anda telah menjadi satu tubuh di dalam Kristus Yesus. Apakah Anda merasa Anda menyakiti pasangan Anda ? Apakah Anda merasa membenci atau bahkan menyakiti tubuh Anda sendiri ?
Lalu apakah kita tidak boleh ribut dengan pasangan ? Atau kita hanya diam saja, tanpa komunikasi dan jawaban. Mungkin malahan masalah Anda tidak menjadi terselesaikan, tetapi malah bertambah parah, tanpa solusi jawaban yang pasti.
Tentu tidak demikian maksud saya. Ributlah dengan pasangan, jika memang itu dibutuhkan sebagi bagian dari proses menjadi satu. Namun jagalah hati kita, supaya keributan kita dengan pasangan tidak berakhir dengan rasa frustasi dan stress yang berlebihan, bahkan hal yang sangat fatal, perceraian! Tuhan sangat membenci dengan yang namanya perceraian. Dalam iman Kristen, pernikahan hanya terjadi sekali untuk seumur hidup kita. ”Kepada orang-orang yang telah kawin aku--tidak, bukan aku, tetapi Tuhan--perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya.” (I Kor. 7:10-11). Ributlah dengan pasangan selama itu membuat kita saling mengerti, saling memahami, saling menerima dan pada akhirnya kita bisa mengambil keputusan bersama-sama yang lebih bijak. Ributlah dengan kasih! Mungkin nasehat ini terlihat begitu ganjil. Namun selama kasih dari Tuhan Yesus Kristus masih menjadi dasar dari rumah tangga yang kita bangun, maka ribut-ribut seperti apapun juga tidak pernah menggoyahkan kehidupan pernikahan kita.
Komitmen Anda ?
0 komentar:
Posto një koment