Masih belum menemukan apa yang Anda cari? Masukkan kata kunci pencarian Anda untuk mencari artikel yang ada di Blog ini:

e shtunë

KEJUJURAN


Suatu kebiasaan umum dalam masyarakat dalam usaha untuk membenarkan, menguatkan atau menjamin kemurnian suatu pernyataan atau perkataan seseorang, ialah bersumpah. Walaupun ungkapan-ungkapan yang digunakan berbeda-beda, namun hakekatnya sama. Ada yang menggunakan rumus “Demi Allah”, atau “Biar disambar petir” dsb. Kesemuanya itu hendak menjelaskan bahwa perkataan yang diucapkan itu benar-benar otentik, sejati dan bukan palsu. Dengan memanggil Allah atau dewa-dewa atau kekuatan supernatural apa saja, seolah-olah orang yang telah memberi keterangan itu dijamin tidak akan melanggar pernyataannya sendiri dan oleh sebab itu dapat dipercaya. Ini berarti bahwa tanpa jaminan kekuatan supernatural itu maka perkataan atau pernyataan orang tersebut bisa diragukan, paling tidak diterima dengan sangat berhati-hati. Dengan perkataan lain nampaknya tanpa bersumpah, maka tidak diasumsikan bahwa ada kejujuran yang tulus dalam diri yang bersangkutan.

Sang Yesus Kristus dalam kotbah di bukit menegur umat Yahudi mengenai ini. Dalam ajaran Agama mereka dilarang bersumpah palsu. Tetapi Yesus melangkah lebih jauh dengan mengatakan jangan sekali-kali bersumpah. Yang utama adalah kejujuran. Berkata sang Kristus demikian :

“Jika Ya, hendaklah kamu katakan: Ya!, Jika tidak, hendaklah kamu katakan : tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si Jahat” 1)

Perkataan seorang yang jujur tidak membutuhkan backing dari siapapun. Sebaliknya, walaupun didukung dengan sumpah yang betapa hebatnya sekalipun, siapakah yang dapat sepenuhnya mempercayai seseorang yang kehidupannya tidak beralaskan ketulusan yang bersih?

Kehidupan masyarakat yang makin pelik sekarang ini, dengan segala kelicikan dan tipu muslihat yang sukar dibuktikan menggugah kita untuk menemukan kembali salah satu landasan yang dapat menata kehidupan yang lebih serasi dan selaras, yaitu KEJUJURAN. Kejujuran dan ketulusan atau keikhlasan adalah prinsip hidup yang akan mampu mendukung suatu masyarakat ke arah keserasian dan kedamaian yang lestari.

Yesus melihat kemunafikan sebagai utusan utama bagi kehidupan agama dan moral. Demikian pula Rasul Paulus umpamanya melihat salah satu tanda pokok yang memperlihatkan kehidupan baru orang beriman, adalah sifat kejujuran.

Berucaplah sang Rasul a.l. demikian : “Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain” 2) tanpa kejujuran, maka segala bentuk kebajikan akan tidak punya makna lagi. Dalam ajaran kepercayaan Kristen, kita mengetahui bahwa Kasih adalah kualitas yang paling unggul bagi kehidupan kristiani. Namun itupun menuntut ketulusan, seperti diutarakan oleh Rasul : “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura” 3). Kasih yang tidak tulus lebih parah daripada sama sekali tidak mengasihi.

Kejujuran adalah esensi keberanian moral seperti yang telah diperagakan dalam keseluruhan hidup sang Yesus sendiri, walaupun yang dipertaruhkan adalah jiwanya sendiri. Bila kita lihat keadaan Jemaat Kristen mula-mula, maka yang sangat mengesahkan masyarakat sejaman waktu itu, bukankah terutama pola hidup kasih sayang yang mereka peragakan, melainkan juga integritas kehidupan berjemaat itu sendiri. Kita ingat betapa para sahid sebenarnya dapat saja terhindar dari kematian hanya dengan sedikit bersikap munafik, setidak-tidaknya untuk beberapa detik saja. Namun mereka bertahan dalam sikap : “Ya adalah Ya, dan Tidak adalah Tidak!”

Cukup menarik untuk diperhatikan, bagaimanan proses terjadinya transformasi dalam pengertian sahid, yang dalam bahasa asingnya disebut martyr. Kata ini pada mulanya berasal dari kata yang bermakna bersaksi (maryerin), yang kemudian justru karena kesaksian yang tulus dan penuh kejujuran itu menyebabkan orang percaya itu harus membayar mahal dengan jiwa mereka sendiri. Sehingga kemudian mereka disebut Martyr.

Semua orang mengetahui bahwa lawan kejujuran adalah kebohongan dan kepalsuan. Pernah seorang ahli kriminologi di Amerika Serikat menyatakan bahwa kepalsuan dan pemalsuan adalah praktek-praktek kriminal yang paling luas di negara itu. Praktek tersebut bukan hanya didapati di kalangan para gangster di lingkungan yang dikenal dengan istilah “underworld”, tetapi juga terdapat di kalangan dunia bisnis yang terhormat.

Di zaman kita sekarang ini tambah terasa betapa orangmakin tidak mampu lagi mempercayai satu sama lain. Semua pada bertanya, sampai di mana kita bisa mempercayai kejujuran di kalangan pers, para pengiklan, kaum politisi, para ahli hukum, para penegak keadilan dan penjaga hukum, malah sampai-sampai kesangsian itu juga terarah kepada para ulama dan ahli agama. Sehingga kadang-kadang terdengar semacam keluhan : “Siapa lagi yang dapat kita percaya?”

Masalah yang kita hadapi ialah : apakah kita masa kini menjadi semakin tidak jujur? Padahal semua meyakini bahwa struktur suatu masyarakat dapat dipertahankan bila terdapat sikap saling mempercayai. Sedangkan dalam kenyataan yang sering kita alami, justru dalam banyak peristiwa dalam hubungan-hubungan bisnis atau hubungan sosial lainnya segala-galanya dirasakan kurang meyakinkan dan selalu ada rasa curiga.

Dunia yang bertambah modern dengan segala kemampuan teknologi yang begitu mengherankan, telah berhasil menyulap segala sesuatu menjadi hal yang menarik, tetapi telah kehilangan keaslian dan kesejatiannya. Lihat saja bunga-bunga plastik yang indah dan menawan dengan bangganya dipajangkan untuk mempercantik ruangan. Namun semuanya palsu, tidak asli, tidak otentik lagi. Apakah juga sifat-sifat ketulusan dan kejujuran insan-insan modern juga kejangkitan wabah plastik ini sehingga semuanya dipolosi oleh kepura-puraan? Apakah juga Kasih yang dikumandangkan oleh insan kristiani adalah kasih yang pura-pura?

Tidak jarang saya mendengar keluhan orang yang mengatakan atau mempertanyakan tentang integritas orang Kristen sekarang ini. Apakah masih ada orang yang menerima perkataan “Ya” atau “Tidak” dari seorang kristen itu, tanpa memerlukan garansi lainnya, hanya karena mereka yakin bahwa ia adalah seorang yang jujur sepanjang hidupnya, dan bukan hanya bergantung pada sikon saja?

Pertanyaan tadi mebuat kita prihatin atas prinsip-prinsip kehidupan kita masa kini. Ada baiknya kita diingatkan kembali pada salah satu kebutuhan dasariah dalam penataan hubungan anatara manusia yang serasi dan selaras, prinsip yang menjadikan suatu masyarakat dapat bertahan dan mampu berkembang ke arah tatanan yang menjamin kebahagiaan setiap warganya. Prinsip ini pula yang akan lebih menggairahkan masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam keselutuhan upaya membangun mesyarakat adil dan makmur. Dalam pergulatan yang berat untuk menumbuhkan kembali kejujuran dan ketulusan ini, maka orang-orang beragama berkewajiban untuk memperlihatkan suatu peragaan sederhana mengenai kejujuran yang penuh keberanian itu dalam hidupnya masing-masing. Dengan demikian masyarakat akan terbantu untuk kembali mendapatkan kepercayaan bahwa masyarakat indonesia yang maju itu masih memiliki banyak manusia yang dapat dipercaya!

Referensi :

1) Matius 5:37

2) Efesus 4:25

3) Roma 8:9

Dari Berbagai Sumber

Oleh Arya Dwiratmaka

0 komentar:

Doa Untuk Anda

Apakah Anda Ingin mendapat kiriman text Doa-Satu-Menit setiap hari ? Kirim Email Kosong ke : doa-satu-menit-subscribe@yahoo.com
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:33)

Jika Kamu di Surabaya, Stay Tuned at

  • Bahtera Yuda at 96.4 MHz
  • Bethany FM at 93.8 MHz
  • Nafiri FM at 107.10 MHz

Firman Tuhan Untuk Anda

"Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yohanes 6:51)




Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. (Yohanes 10:14-15)




“Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)




Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya" (Yohanes 11:25-26)




Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (Yohanes 15:16)




“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakan lah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7)




-----000000------00000------00000---------