Masih belum menemukan apa yang Anda cari? Masukkan kata kunci pencarian Anda untuk mencari artikel yang ada di Blog ini:

e shtunë

05. MENDERITA SENGSARA DI BAWAH PEMERINTAHAN PONTIUS PILATUS, DISALIBKAN, MATI DAN DIKUBURKAN.

1. Yang Menderita Sengsara dan disalibkan.

Pada waktu Yesus akan mengawali tugas-Nya, ketika dibaptis oleh Yohanes Pembabtis dari langit terdengar suara, ”Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 3:17). Pernyataan ini merupakan dasar sebelum Ia melakukan kehendak Allah, Sang Bapa. Di hadapan Allah, Yesus bukan sekedar orang yang dipilih tetapi Ia terutama dinyatakan sebagai Anak yang dikasihi. Sebagai Anak yang dikasihi, Ia harus memikul dosa manusia. (Matius 3:17), merupakan penggenapan nubuat nabi Yesaya (Yesaya 42:1), tentang Hamba Tuhan yang harus menderita demi umat manusia. Penderitaan Anak Allah merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari keseluruhan karya Yesus.

Kehadiran Yesus di antara bangsa-Nya tidak selalu mendapatkan sambutan yang layak. Para ahli Taurat, kaum Farisi dan Saduki sering merasa cemburu setelah melihat penampilan Yesus di antara bangsa Yahudi. Oleh sebab itu mereka bersekongkol untuk menyingkirkan Yesus. Perumpaan tentang para penggarap kebun anggur merupakan gambaran tentang usaha penolakan manusia terhadap kehendak Allah (Matius 21:33-46; Markus 12:1-12; Lukas 20:9-19). Mereka juga mencoba menjebak Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan Dia supaya bisa mendapatkan alasan yang kuat untuk menyingkirkan Dia. Misalnya pertanyaan tentang hari Sabat (Matius 12:9-15; Markus 3:1-16; Lukas 6:6-11). Namun Yesus selalu bisa ”menghindar”.

Mereka baru bisa menangkap Yesus setelah satu dari murid-Nya yang bernama Yudas menjual Dia kepada para imam. Ketika diadili di depan pengadilan agama Yahudi. Ia dituduh menghujat nama Allah. Menurut hukum agama Yahudi, seorang penghujat patut dihukum mati. Tetapi sebenarnya tuduhan yang ditujukan kepada Yesus merupakan rekayasa mereka sendiri.

Karena saat itu bangsa Yahudi di bawah kekaisaran Romawi, maka hukuman mati yang sudah dijatuhkan oleh pengadilan agama harus disyahkan oleh wakil pemerintah Romawi. Dibawalah Yesus kepada Pontius Pilatus, wakil pemerintah Roma di Yahudi. Menurut hukum Romawi, Yesus tidak bersalah dan harus dibebaska. Tetapi karena bangsa Yahudi terus mendesak dan mengancam akan melaporkan kepada kaisar Roma, akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus untuk disalibkan.

Menurut tradisi Yahudi, seorang yang dihukum mati dengan cara disalib atau digantung adalah orang yang dikutuk oleh Allah (Ulangan 21:23). Dengan cara yang demikian, Yesus, yang adalah Anak Allah telah direndahkan sedemikian rupa sehingga menjadi sama dengan orang yang terkutuk. Orang yang dihukum salib, disamping sangat menderita, dari segi sosiologisnya, ia kehilangan segala kehormatan dan penghargaan dalam masyarakat.

Beratnya penderitaan salib juga bisa dilihat dari kesaksian Injil Matius dan Markus. Secara khusus mereka menyebutkan bahwa ketika Yesus di atas kayu salib, para prajurit menyodorkan minuman ”anggur yang dicampur empedu”. Sebenarnya minuman ini dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan, atau sebagai ”obat penenang” (Matius 27:34; Markus 15:23). Padahal yang seharusnya menanggung penderitaan seperti itu adalah kita semua, manusia yang berdosa. Tetapi Allah tahu bahwa manusia tidak akan mampu menanggung penderitaan akibat dosanya. Maka dengan perantaraan Yesus, Allah berkenan menanggung penderitaan akibat dosa melalui peristiwa penyaliban Yesus. Dengan demikian penderitaan Yesus merupakan korban tebusan bagi orang banyak (Markus 10:45).

--

Markus 10:45 mengatakan, ”Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”. Istilah tebusan sebenarnya berasal dari dunia pegadaian. Dalam Perjanjian Lama istilah ini dipakai sebagai uang pembebasan bagi budak. Di Israel ada hukum yang mewajibkan seseorang membayar tebusan bagi saudaranya yang kebetulan menjadi budak. Kalau Yesus sekarang disebut sebagai tebusan tidak berarti bahwa Ia saat itu diserahkan kepada iblis, sebagai uang tebusan bagi manusia yang selama ini menjadi budak iblis.

--

2. Kematian

Karena tidak sanggup memenuhi Hukum Allah, maka manusia layak menerima hukuman dari Allah. Namun, karena kasih-Nya, maka Allah mengutus Anak-Nya untuk memikul beban yang seharusnya dipikul oleh manusia.

Sama seperti manusia yang lain, Yesus juga memiliki rasa takut menjelang memasuki masa penderitaan (Lukas 22:44). Namun demikian Ia tetap setia kepada Allah, Sang Bapa yang telah mengutus-Nya. Perasaan takut yang menguasai Yesus mencapai puncaknya ketika berada di taman Getsemani. Beratnya pergumulan nampak jelas ketika Ia mengeluarkan keringat yang bercampur darah. Demikian juga ketika sedang berdoa, Ia tidak berdoa dengan cara duduk seperti yang biasa kita lakukan tetapi dengan cara bertelungkup/bertiarap (Markus 14:32-42). Di dalam doa-Nya, Yesus seakan-akan berusaha untuk meyakinkan kehendak Allah. Yesus berdoa sampai tiga kali. Tiga kali pula Ia mengajukan pertanyaan kepada Allah dalam doa-Nya, ”Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:36-46, Markus 14:32-42; Lukas 22:39-46). Sedangkan ketiga murid Yesus yang menyertai di taman Getsemani tidak mengetahui pergumulan Yesus. Mereka tertidur selama Yesus berdoa, seakan-akan tidak mau tahu dengan apa yang terjadi pada diri Yesus. Akhirnya, Yesus bersedia menyambut ”cawan” murka Allah dan meminumnya dengan sukacita.

Dari sudut sejarah, kematian Yesus di kayu salib memang bisa diartikan sebagai pembunuhan. Tetapi jika dipandang dari sudut iman, Paulus dengan jelas mengartikan bahwa peristiwa salib adalah peristiwa pengampunan dosa (lih. Galatia 1:4; Roma 8:9; juga 2Korintus 5:21).

--

Kematian Yesus di atas kayu salib memang tidak bisa dianggap sebagai peristiwa yang terjadi karena kehendak manusia saja. Memang ada kesan kuat bahwa Pilatus membiarkan Yesus disalibkan oleh bangsa-Nya. Sebagai wakil dari pemerintah Romaawi, Pilatus sebenarnya mempunyai wewenang untuk membebaskan Yesus. Sebab dalam hukum kekaisaran Romawi tidak tercantum pasal tentang penghujatan nama Allah. Kalau pada akhirnyaa Pilatus menyerahkan Yesus untuk disalib merupakan keputusan yang bersifat politis, yaitu dengan tuduhan bahwa Ia adalah Raja orang Yahudi.

Sebenarnya tuduhan sebagai Raja orang Yahudi ini bukan tuduhan resmi dari Pilatus, tetapi justru dari pengadilan agama Yahudi. Imam besar bertanya kepada Yesus, ”Apakah Engkau Mesias? (Matius 26:36 dst), artinya ”raja Israel” (Markus 15:30). Gelar ”Mesias” mempunyai arti ganda, arti keagamaan dan arti politik.

--

Terlepas dari proses pengadilan yang berlangsung saat itu, kematian Yesus dengan cara disalib sudah dinubuatkan sejak jaman nabi-nabi. Dalam Yesaya 53:11, dengan tegas disebutkan, ” ... dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan orang banyak ....”. Ini merupakan rahasia penderitaan Yesus yang membuahkan kemerdekaan bagi manusia dari perbudakan dosa.

Yesus yang di satu pihak diakui sebagai Allah benar dari Allah benar selama di dunia tampil bukan lagi sebagai Allah, melainkan sebagai manusia (lih. Ibrani 4:15; 2:14). Allah Sang Bapa sendiri yang ”membuat” Kristus harus mengalami nasib sebagai orang yang berdosa, yaitu mati di atas salib. Bahwa kematian Yesus di kayu salib yang sungguh sama dengan kematian manusia yang berdosa merupakan puncak dari kesetiakawanan-Nya atau solidaritas-Nya kepada manusia.

Dengan tepat Alkitab telah melukiskan arti kematian Yesus sebagai umat manusia seperti yang tertulis dalam 1Petrus 1:18-19, ”Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”. Berarti kematian Yesus di kayu salib demi pengampunan dosa manusia. Ia tidak hanya mati seperti penjahat tetapi sebagai anak domba yang dikorbankan dalam korban penebusan. Ini merupakan anugerah yang terbesar yang dinyatakan oleh Allah kepada manusia, yaitu bahwa dengan perantaraan kematian Kristus, Allah berkenan mengampuni dan menyelamatkan manusia dari maut.

Peristiwa salib juga menunjukkan adanya kesamaan dengan kematian manusia pada umumnya. Tetapi kesamaan ini tidak merusak hubungannya yang istimewa dengan Allah. Pada saat disalib, memang Yesus sempat berteriak, ”Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku”. (Markus 15:34), tetapi seruan Yesus ini tidak bisa diartikan bahwa hubungan yang istimewa dengan Allah pada saat itu terputus. Peristiwa salib merupakan puncak ketaatan Yesus kepada Allah, Sang Bapa. Dan Ia mati bukan karena telah ditinggalkan oleh Allah. Dalam Kisah Para Rasul 2:24 dijelaskan bahwa ”tidak mungkin bahwa Ia tetap berada dalam kuasa maut”. Berarti Allah tetap menyertai Dia sampai memasuki kematian-Nya.

Setelah Yesus mati, kemudian diturunkan dari salib dan dimakamkan. Yang memakamkan Yesus ialah Yusuf dari Arimatea dan menurut Injil Yohanes (Yohanes 19:29) dibantu oleh Nikodemus.

0 komentar:

Doa Untuk Anda

Apakah Anda Ingin mendapat kiriman text Doa-Satu-Menit setiap hari ? Kirim Email Kosong ke : doa-satu-menit-subscribe@yahoo.com
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:33)

Jika Kamu di Surabaya, Stay Tuned at

  • Bahtera Yuda at 96.4 MHz
  • Bethany FM at 93.8 MHz
  • Nafiri FM at 107.10 MHz

Firman Tuhan Untuk Anda

"Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yohanes 6:51)




Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. (Yohanes 10:14-15)




“Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)




Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya" (Yohanes 11:25-26)




Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (Yohanes 15:16)




“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakan lah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7)




-----000000------00000------00000---------