Masih belum menemukan apa yang Anda cari? Masukkan kata kunci pencarian Anda untuk mencari artikel yang ada di Blog ini:

e premte

Bunuh Diri "jeritan minta tolong"


Melihat beberapa terakhir berita koran dan TV, sungguh mengenaskan, seorang ibu muda (Junania Mercy 37) meracuni ke-empat anak-anaknya, memandikan mereka, menyisir rambutnya, kemudian disandingkan bersama-sama dengan rapi diatas tempat tidur. Kemudian baru sang ibu mengakhiri hidupnya dengan minum racun yang sama.

Sungguh sayang, karena Allah sangat menghargai satu nyawa sekalipun. Saya yakin Allah yang adil dan pengasih menempatkan anak-anak tak berdosa itu di Surga.Tapi, bagaimanakah dengan sang ibu? Malang sekali jika ada orang yang sama-sekali tak punya seseorang yang menjadi "a shoulder to cry on", seorang yang bisa di-curhati, seorang yang bisa bersimpati ketika dia sedang kesusahan. Namun ibu Mercy merasa sendirian dalam memikirkan tentang keinginan untuk mati, tak tahu kemana harus berteriak minta tolong. Menurut para ahli psikologi bunuh diri semacam ini adalah suatu tindakan "a cry for help"

Kejadian yang cukup menyayat hati, 4 orang anak kecil itu bagaikan sedang tidur saja, sang ibu ingin anak-anaknya ditemukan dalam keadaan bersih dan rapi. Bisa dibayangkan bahwa ibu itu menyaksikan anaknya sekarat, entah muntah, entah buang-air, entah badannya kejang-kejang karena keracunan. Ia merekamnya dengan sebuah ponsel kemudian ia membersihkannya dan menata mayat anak-anaknya dengan rapi. Waktu yang mungkin cukup panjang prosesnya. Kemudian ia memilih pakaian pesta terbaiknya dan mengakhiri hidupnya. Dan tentu saja mayat sang ibu ketika ditemukan tidak sebersih anak-anaknya. Suatu nyali yang mungkin kesannya "berani" dengan tekat bulat untuk mati, namun sebenarnya apa yang dia lakukan ini adalah "the last cry for help".

Bunuh diri biasanya dari kekecewaan yang besar karena apa yang diinginkan, dicintai atau diharap-harapkan tidak didapatkan, hal ini sering menimbulkan penyesalan karena kegagalan dan akibatnya timbul keinginan bunuh diri. Ibu Mercy adalah gambaran seorang yang mempunyai tekanan berat, persoalan rumah-tangga, ekonomi dan problem kesehatan anak ke-2nya yang mempunyai penyakit kelainan darah yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Tak tahu kemana lagi harus meminta tolong, dan ia kemudian menjerit dengan jeritan yang tak terungkapkan dengan suara, ia bunuh diri.

Berita TV kembali merekam acara penghiburan di sebuah rumah persemayaman jenazah tempat mereka disemayamkan, disitu ada pendeta yang menyampaikan firman penghiburan dan sekelompok pemuji sedang menyanyikan lagu-lagu penghiburan, saya menghargai sigapnya Gereja datang pada suasana tersebut dan membantu penguburannya. Dan kemudian timbul andai-andai. "Tuhan, betapa indahnya kalau saja para pelayanMu itu datang kepada ibu Mercy sebelum ia nekat memustuskan untuk mengakhiri hidupnya". Ya, ini hanya andai-andai, namun memang pelayanan diakonia sungguh sangat penting.

Saatnya Gereja Tuhan tak hanya berfikir mengembangkan sayapnya dengan banyaknya cabang-cabang dan meraup domba-domba gemuk, ada banyak sekali orang yang malang perlu pertolongan yang bersifat rohaniah dan yang jasmaniah. Gereja bukan soal ibadah yang indah dengan musik, khotbah yang menarik, dan gedung megah. Gereja adalah juga sebagai tempat perlindungan bagi orang-orang yang susah, karena gereja dan hamba-hambaNya yang adalah juga kepanjangan tangan Allah untuk menolong orang-orang yang malang.


Blessings,
BP
March 14, 2007
=====================================================
http://www.indomedia.com/BPost/032007/12/depan/utama1.htm


Bunuh Diri Setelah Racuni Empat Anak





Malang, BPost
Peristiwa tragis terjadi di Malang, Jawa Timur. Seorang ibu, Junania Mercy (36) ditemukan tewas bersama empat anaknya di kamar. Diduga, ibu tersebut sengaja membunuh anak-anaknya sebelum bunuh diri, Minggu (11/3).

Kejadian ini sontak membuat sang suami Hendri Suwarno (35), suami Junania, syok berat. Hingga malam tadi, warga Jalan Taman Sakura 12 Kota Malang itu menjalani pemeriksaan di Polres Malang.

"Saya tidak bisa menjawab...," tutur lelaki itu saat ditanya wartawan.

Di dekat tempat tidur tergeletaknya lima jenazah itu ditemukan apotas dan sejumlah pil yang belum diketahui jenisnya. Posisi mereka, yakni Junania, Athena Latonia (10), Prinsessa Ladova (8), Hendrisson, (6), dan Gabriella Al Cein (9 bulan) berjejer terbujur kaku.

Athena masih duduk di bangku kelas kelas 6 SD. Sedangkan Prinsessa di kelas 5 dan Hendrisson masih kelas 1.

Kematian Junania bersama empat anaknya itu seperti sudah direncanakan. Setidaknya ini terlihat dari berjejernya jenazah empat bocah itu ranjang utama. Sedangkan jenazah Junania tergeletak di bawah ranjang.

Dari hasil pemeriksaan, polisi menemukan surat wasiat dan pakaian yang diminta Junania untuk dikenakan pada anak-anaknya jika dikremasi. Baju-baju inilah yang terus didekap Hendri selama menjalani pemeriksaan. "Saya tidak percaya dia sampai nekad berbuat seperti itu," ujarnya sambil terus menangis.

Dugaan sementara petugas, kematian ibu dan empat anak itu akibat bunuh diri dengan cara minum apotas. "Namun kita belum mengetahui, apakah bocah-bocah itu dipaksa minum atau ada penyebab lain. Semua masih kita selidiki," ujar seorang petugas.

Mengenai motif pembunuhan dan bunuh diri ini, seorang tetangga menduga karena faktor ketidakharmonisan keluarga. Suaminya jarang pulang karena menjalankan bisnis motor gede.

Kejadian serupa pernah dilakukan Anik Koriah Sriwijaya (31). Ibu muda ini membunuh tiga anaknya karena takut tidak mampu membahagiakan hidup mereka. Ketiga anak itu, Faras (6), Najib (4) dan Umar (9 bulan), ditemukan meninggal dunia di rumahnya, Jalan Galaksi I No. 124, Kompleks Margahayu Raya, Bandung, Jumat 9 Juni 2006 lalu.

Ketiganya dibunuh dengan cara membekap muka dengan bantal saat suaminya, Imam Abdullah (31) pergi bekerja. Dari hasil otopsi, bocah-bocah itu mati lemas karena tidak bisa bernafas. Mereka pun juga mengalami memar-memar di bagian leher diduga karena melakukan perlawanan saat dibekap.

Cekcok

Ayah Junania, Jopie (75) saat dikonfirmasi juga menduga telah terjadi pertengkaran antara anaknya dengan Hendri. "Mereka memang sering cekcok," ujarnya.

Dengan mata berkaca-kaca, Jopie menyesalkan terjadinya peristiwa memilukan itu. "Saya sangat dekat dengan cucu-cucu saya," ujas bekas pelaut itu.

Tragedi kematian ibu bersama empat putranya di dalam kamar tidur, membuat warga berduyun-duyun mendatangi lokasi. Polisi langsung memasang police line di sekitar kediaman Hendri yang dikelilingi tembok tinggi itu.

Keluarga Hendri Suwarno dikenal warga sebagai keluarga tertutup. Mereka sangat jarang bersosialisasi dengan tetangga.

"Kami jarang ketemu. Junania hanya terlihat jika sedang belanja ke pedagang keliling," ujar seorang tetangga, Sutrisno.

Ketua RT setempat, Hantoko menjelaskan, dirinya mengetahui kejadian itu setelah mendapat laporan dari Rudi, adik Junania. Rudy juga menjelaskan kakaknya sering cekcok dengan suami. Pasangan Junania-Hendri terakhir bertemu pada 10 Januari lalu. Pertemuan itupun hanya terjadi beberapa jam karena Hendri pergi lalu.

"Sampai saat inipun Hendri tidak pernah mengetahui wajah anak keempatnya yang berumur dua tahun itu. Sejak istrinya hamil empat bulan dia jarang pulang," timpal Pjs Kasat Reskrim Polresta Malang Iptu Deky Hermansyah.

Meski jarang pulang, Hendri tidak pernah lupa mengirim uang kepada istrinya. Setiap bulan dia mengirim uang belanja Rp1 juta hingga Rp3 juta. Uang itu dikirimkan melalui ATM istrinya.

"Dari pengakuannya Hendri mengatakan, tidak ada masalah dengan istrinya. Dia tidak pulang hanya karena tidak sempat saja. Ia sibuk bekerja," kata Deky. SRY/st26/st10/st5/st12

------------------------------------------


http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0703/12/utama/3376612htm


Tekanan Hidup :
Ibu dan 4 Anaknya Tewas Minum Racun


Malang, Kompas - Diduga tak kuat menanggung beban persoalan ekonomi dan keluarga, seorang ibu beserta empat anaknya yang masih kecil bunuh diri dengan meminum racun potasium. Racun itu diduga dicampur dengan air, lalu diminumkan kepada keempat anaknya. Setelah anak-anaknya tewas, sang ibu menyusul meminum racun yang mematikan itu.

Peristiwa mengenaskan itu diketahui pada Minggu (11/3) pukul 11.30. Para korban adalah Ny Junania Mercy (37) dan empat anaknya, yaitu Athena Latonia (11), Prinsessa Ladova (9), Hendrison (7), dan Gabriela Al Cein (2). Jenazah para korban kemarin dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr Saiful Anwar, Malang, untuk diotopsi.

Saat ditemukan di kamar tidur utama rumah mereka di Jalan Taman Sakura, Kelurahan Lowokwaru, Kota Malang, Ny Mercy dalam posisi tertelungkup di tempat tidur tambahan bagian bawah. Sementara keempat anaknya dalam kondisi bersedekap di tempat tidur bagian atas.

Suami Ny Mercy, Hendri Suwarno (35), berada di Surabaya untuk bekerja di salah satu bengkel mobil. Menurut para tetangga korban, sudah sekitar tiga pekan terakhir Hendri belum pulang ke Malang menjenguk keluarganya.

Kejadian itu pertama kali diketahui Rudy Suwarno (34), adik Hendri, yang biasanya tinggal bersama korban. Menurut Ketua RT 1 Hantoko (45), malam itu Rudy menginap di rumah temannya di Batu. Saat pulang, Rudy menemukan kakak ipar beserta empat keponakannya tewas.

Menurut Susi (41), istri Hantoko, Mercy pernah bercerita, kondisi kesehatan anaknya Hendrison membebani pikirannya. Anak itu menderita kelainan darah sehingga harus menjalani perawatan rutin di rumah sakit.

Mercy dengan ayahnya, Jopie (67), sebenarnya tinggal tidak berjauhan. "Hubungan kami tak begitu dekat. Ia juga tak pernah bercerita masalah keluarganya kepada saya," ujar Jopie.

Kepala Kepolisian Resor Kota Malang Ajun Komisaris Besar Erwin Chahara Rusmana seusai evakuasi jenazah korban menuturkan, korban tewas dipastikan akibat minum potasium. Diduga Ny Mercy nekat melakukan itu akibat tak kuat menanggung beban persoalan ekonomi dan keluarga.

"Bubuk potasium diminumkan bersama air putih kepada anak-anaknya setelah itu baru ibunya sendiri meminumnya," ujar Erwin. Bubuk potasium itu dikemas dalam kapsul hijau putih. Erwin memperkirakan peristiwa itu terjadi pada Sabtu malam.

Di dekat mayat korban, polisi menemukan surat wasiat tertanggal 10 Maret 2007. Dalam surat itu, Ny Mercy menyatakan akan pergi dengan anak-anaknya.

Korban tinggal di rumah yang menempati lahan sekitar 15 x 25 meter yang terbagi menjadi tempat tinggal dan gudang/bengkel. Di ruang keluarga hanya ada televisi 29 inci, meja, kursi, boks bayi, dan sejumlah perabot lain yang tidak tertata rapi. Di dalam kamar ada tempat tidur, lemari, dan meja-kursi. Anak-anak itu umumnya bersekolah di sekolah swasta di Kota Malang, tetapi mereka tidak banyak berinteraksi dengan tetangga sekitar.

Alternatif terakhir

Pengamat sosial di Yogyakarta, Darmaningtyas, mengatakan, bunuh diri dengan latar belakang kemiskinan menunjukkan korban sudah sangat putus asa dan frustrasi akibat penderitaan dan tekanan beban hidup yang sangat berat. "Bunuh diri adalah pilihan atau alternatif terakhir bagi korban untuk keluar dari masalah," ujarnya.
Menurut Darmaningtyas, kasus bunuh diri menunjukkan makin merosotnya kepedulian dan solidaritas sosial di masyarakat. Selain itu, bukti ketidakpedulian aparat pemerintah terhadap warga miskin. Kasus bunuh diri berlatar belakang kemiskinan harus dicegah dengan memberantas kemiskinan. (DIA/RWN)

Saya hanya mengomentari saja : Bunuh diri adalah suatu tindakan emosional. Maka dari itu janganlah dijadikan suatu pilihan! Karena itu sangat tidak menyelesaikan masalah, tetapi hanya menambah masalah dan memperkeruh masalah. Setiap orang pasti punya masalah, walaupun itu ringan atau berat. Tetapi masalah itu ada untuk kita hadapi, buka untuk dihindari.
Saya analogikan saja seperti Ayub yang dicobai oleh Tuhan. Tuhan berkehendak dan berkenan Iblis datang dan mencobai hidup Ayub, hambaNya yang saleh dan jujur dan takut akan Tuhan.

Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN. (Ayub 1:12)

Iblis sangatlah senang mendapatkan kesempatan dari Tuhan untuk mencobai anak Allah ini, hamba Tuhan yang selalu diberkati dalam hidupnya, dia berharap Ayub akan goyah dan akan berpaling dari Tuhan.
Saat Iblis mengambil semua berkat dari Allah dan kesehatan Ayub, sampai anak-anak, istri dan sahabat-sahabatnya meninggalkan dia. Saat orang lain mempertanyakan dimana Allah Ayub. Ayub tetap bertekun dan dengan tulus hati tetap setia pada Tuhan.

Yang saya herankan, Ayub juga adalah manusia biasa seperti kita. Tetapi iman dan pengharapannya sangat kuat di dalam Tuhan. Istrinya, orang terdekat Ayub pun sudah tida tahan dengan Ayub dan mulai mempertanyakan Tuhan.

Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!". Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.

Mungkin kalau Ayub frustasi, ia pun bisa bunuh diri dengan menuruti perkataan istrinya itu. Tetapi dalam penderitaannya, iman Ayub semakin bertumbuh. Dan Tuhan Allah tidak berpaling dari awal pencobaan Iblis tadi, Tuhan tetap ada dan pertolongannya tepat pada waktunya (Ayub 42:10).

Tuhan berkenan kita mengalami pencobaan dan penderitaan, Tuhan tetap ada dan bersama kita, Tuhan tidak akan meninggalkan kita asalkan kita tetap setia dan juga percaya pada Tuhan.
Percayalah bila kau mengetuk pintu, akan dibukakan. Dan bila kita dalam kesulitan berat, datang dan berkeluh kesahlah pada Allah, minta tolonglah padaNya. Tuhan pasti khan dengar.
Bisakah kita seperti Ayub ?

Bunuh diri sangat dibenci oleh Tuhan!







0 komentar:

Doa Untuk Anda

Apakah Anda Ingin mendapat kiriman text Doa-Satu-Menit setiap hari ? Kirim Email Kosong ke : doa-satu-menit-subscribe@yahoo.com
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:33)

Jika Kamu di Surabaya, Stay Tuned at

  • Bahtera Yuda at 96.4 MHz
  • Bethany FM at 93.8 MHz
  • Nafiri FM at 107.10 MHz

Firman Tuhan Untuk Anda

"Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yohanes 6:51)




Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. (Yohanes 10:14-15)




“Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)




Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya" (Yohanes 11:25-26)




Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (Yohanes 15:16)




“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakan lah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7)




-----000000------00000------00000---------