Masih belum menemukan apa yang Anda cari? Masukkan kata kunci pencarian Anda untuk mencari artikel yang ada di Blog ini:

e diel

Sejarah Masalah Seksual



Krisis sosial mengenai perceraian, AIDS, aborsi, pelecehan seksual, kehamilan yang tidak diharapkan, ketidakjelasan gender sepertinya adalah hal-hal yang baru. Namun, dalam banyak hal sebenarnya kita mengulang kesalahan nenek moyang kita. Dalam banyak hal, sekali lagi kita menunjukkan kebutuhan kita akan pertobatan dan pengampunan Allah. Dalam banyak hal, kita sering kali dihadapkan pada kebutuhan untuk memisahkan diri dari orang-orang yang tidak mengenal Allah.

Musa memperingatkan bangsa Israel agar tidak jatuh ke dalam praktek seksual yang terdapat dalam budaya masyarakat di sekitar mereka. Dalam Imamat 18, ia menyatakan kepada umatnya apa yang telah dikatakan Allah tentang bahaya perzinahan, incest, homoseksualitas, dan percabulan. Dengan detail seperti seorang pengacara, ia membuat hukuman berat untuk hubungan seksual dengan anak, anak tiri, orangtua, orang tua tiri, saudara lelaki, saudara perempuan, saudara tiri laki-laki, saudara tiri perempuan, saudara ipar laki-laki, dan saudara perempuan. Ia juga mengatakan bahwa hubungan seksual dengan bibi, paman, istri tetangga, sesama jenis, atau dengan binatang adalah hubungan yang melanggar hukum.

Bukan Umat-Ku! Nabi Musa memperjelas alasan-alasannya. Semua bentuk dosa seksual seperti itu adalah hal yang umum terjadi dalam budaya masyarakat pada masanya. Namun, umat Allah harus membedakan dirinya dengan orang lain dengan cara menghindari perilaku seperti itu karena perilaku tersebut membawa kehancuran, penyakit, dan rasa malu terhadap bangsa-bangsa di sekitar mereka. Secara khusus Musa menulis, ” Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, ke mana Aku membawa kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka” (Imamat 18:3). Allah mengatakan bahwa perilaku seperti itu akan membawa malapetaka besar bagi mereka yang melakukannya (ayat 24-30).

Namun, umat Allah tetap tidak setia kepada Allah mereka. Bahkan Raja Daud pun, orang yang berkenan di hati Allah, menyerah terhadap godaan. Saat ia dikendalikan oleh nafsu yang keliru, ia menjalin hubungan gelap dengan istri lelaki lain sehingga akhirnya membawa kepedihan yang luar biasa bagi dirinya sendiri, keluarga, bangsa, dan bagi Allahnya.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Bagaimana orang se-saleh Daud dapat jatuh sebegitu dalamnya? Apa yang terjadi pada dirinya dalam ”kegelapan malam”? Bagaimana mungkin godaan seksual dapat mengubah orang yang berkenan di hati Allah menjadi seorang pemangsa seks dan pembunuh? Jika hasrat seksual yang keliru dapat membuat Daud berperilaku seperti pengikut aliran sesat, seberapa besar kemungkinan yang kita miliki untuk tidak mengulangi kesalahannya?

Jangan ada di antara kamu! Seribu tahun kemudian, umat Allah masih bergumul untuk memisahkan diri mereka dari perilaku seksual yang ada dalam budaya masyarakat sekitarnya. Rasul Paulus menulis surat kepada saudara-saudarinya di kota metropolitan Efesus, ”Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus” (Efesus 5:3).

Sebelumnya, di surat yang sama, ia meminta, ” Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran (Efesus 4:17-19).

Keprihatinan Paulus memiliki alasan yang benar. Efesus menyombongkan sebuah keajaiban dunia kuno, yakni kuil yang diperuntukkan bagi Dewi Diana. Di tempat suci ini, para pekerja seksual dipekerjakan dalam upacara persetubuhan dengan orang-orang yang beribadah. Namun, sebenarnya tidak hanya itu. Menurut Henry Marrou dalam sejarah tentang pendidikan kuno, homoseksualitas juga diajarkan dalam masyarakat Yunani yang ”terbuka” ini. Perilaku homoseksualitas merupakan hak istimewa yang memisahkan bangsawan Yunani yang beradab dengan masyarakat barbar.

Namun, masih saja ada yang bertanya, lalu kenapa? Mengapa agama harus melongok ke ”urusan tempat tidur” masyarakat? Mengapa Allah menaruh perhatian terhadap perilaku seksual orang-orang yang percaya kepadaNya? Bukankah yang lebih penting adalah bila kita percaya kepadaNya, saling mengasihi, dan menghargai perbedaan di antara kita? Mengapa Allah ingin agar Musa dan Paulus membuat peraturan tentang perilaku seksual? Ada beberapa cara untuk menjawab pertanyaan ini. Salah satu jawabannya adalah bahwa menurut Alkitab, Allah peduli akan perilaku seksual karena iu berakar pada masalah yang lebih dalam. Nanti kita akan membahas mengenai hal itu lebih dalam. Saat ini, cukuplah bila kita menyebutkan apa yang terjadi dalam masyarakat kita ketika kita semakin mengesampingkan pengendalian hasrat seksual seperti yang diminta oleh Musa dan Paulus. Mungkinkah Allah cukup mengasihi kita sehingga Dia ingin supaya kita terhindar dari rasa sakit akibat hasrat seksual yang salah arah?

Penyakit Menular Seksual (PMS). Suatu penelitian yang baru-baru ini diadakan oleh Institut Alan Guttmacher menyatakan bahwa satu dari lima orang Amerika, sekitar 56 juta orang, mengidap penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. Di antara 12 juta kasus baru yang didiagnosa setiap tahun, dua pertiganya diidap oleh mereka yang berusia di bawah 25 tahun, dan seperempatnya diidap oleh kaum remaja (The Christian Science Monitor, ”Sexual Revolution-Woman Pay the Cost,” 8-4-93). AIDS kini menjadi penyebab kematian peringkat keenam bagi mereka yang berusia di antara 15 sampai 24 tahun (USA Today, hal. 3A, 16-6-93). Apalagi sekarang ini.

Anak-anak yang tidak diharapkan. Laporan terbaru Pusat Studi Kebijakan Sosial di Washington, mendokumentasikan ”tingkat memburuknya” para remaja. Laporan itu menunjukkan bahwa hampir 9 persen bayi yang lahir pada 1990, lebih dari 360.000 dilahirkan oleh remaja yang belum menikah. Hal itu ditambah lagi dengan data statistik mengenai aborsi yang dilakukan oleh remaja, dimana seperempat dari aborsi itu dilakukan oleh remaja. Mungkin sama halnya dengan yang terjadi Indonesia, banyak kaum muda yang menjadi tumpuan harapan orang tua tiba-tiba sudah hamil dengan pacarnya, kemudian menikah karena terpaksa ”Married By Accident” (MBA). Atau akan ”gelar” tersebut akan menjadi cemoohan orang lain.

Kekerasan Seksual. Pengorbanan dan tangisan karena penyalahgunaan seksualitas ada diman-mana. Perasaan tergila-gila akan sesuatu hal dan penaklukan secara fisik telah menggantikan cinta. Pelindung masyarakat telah menjadi pemangsa. Kecurigaan menggantikan kepercayaan. Anak-anak kecil diwanti-wanti untuk menjauhi orang dewasa. Sebaliknya, orang dewasa ragu-ragu untuk menyapa anak-anak kecil di jalan, karena takut disalah artikan. Laki-laki curiga terhadap laki-laki lain, dan perempuan curiga baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

Banyak keluarga mengalami goncangan karena adanya kekerasan seksual yang berlangsung berpuluh-puluh tahun. Para suami dan istri bergumul dengan kenangan dan luka yang timbul dari hubungan mereka dengan pasangan terdahulu. Perceraian dari komitmen jangka panjang dianggap sebagai kebebasan untuk mengejar nafsu sesaat dari hubungan yang baru. Pastor, pendeta, konselor, dan pekerja perlindungan anak bekerja di bawah awan ketidakpercayaan yang telah diciptakan oleh banyak sekali perlakuan seksual yang buruk yang dilakukan orang lain dalam profesi mereka.

Inilah sebabnya mengapa Allah menaruh perhatian terhadap perilaku seksual kita. Namun, ada pula masalah yang lebih dalam. Di halaman-halaman berikut, kita akan melihat lebih dekat mengapa Alkitab membahas mengenai perilaku seksual kita.

0 komentar:

Doa Untuk Anda

Apakah Anda Ingin mendapat kiriman text Doa-Satu-Menit setiap hari ? Kirim Email Kosong ke : doa-satu-menit-subscribe@yahoo.com
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:33)

Jika Kamu di Surabaya, Stay Tuned at

  • Bahtera Yuda at 96.4 MHz
  • Bethany FM at 93.8 MHz
  • Nafiri FM at 107.10 MHz

Firman Tuhan Untuk Anda

"Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yohanes 6:51)




Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. (Yohanes 10:14-15)




“Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)




Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya" (Yohanes 11:25-26)




Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (Yohanes 15:16)




“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakan lah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7)




-----000000------00000------00000---------